Demi Usir Amerika, Tokoh Syiah Irak Bersedia Kerja Sama dengan Iran
Pasukan Amerika di Irak / Iraqi News

Demi Usir Amerika, Tokoh Syiah Irak Bersedia Kerja Sama dengan Iran

Ulama Syiah Irak Moqtada al-Sadr mengatakan pihaknya bersedia bekerja sama dengan kelompok milisi dukungan Iran  yang selama ini menjadi musuh politiknya untuk mengakhiri keberadaan militer Amerika Serikat di Irak melalui cara-cara politik dan hukum.

Jika tidak berhasil, ia akan “mengambil tindakan lain” dalam kerja sama dengan musuhnya untuk mengusir pasukan AS. Milisi Sadr memerangi pasukan Amerika selama bertahun-tahun menyusul invasi Washington dan tergulingnya Saddam Hussein pada 2003.

Sadr, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang nasionalis yang menolak pengaruh Iran dan juga Amerika, melalui pernyataan menyeru milisi dukungan Iran agar menghindari “tindakan tak bertanggung jawab” yang dapat dimanfaatkan untuk membenarkan serangan terhadap Irak.

Sebelumnya Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengutuk serangan udara Amerika terhadap pangkalan milisi Irak yang didukung Iran. Serangan tersebut dapat menjerumuskan Irak lebih jauh ke konflik antara Washington dan Teheran.

Militer Amerika Serikat melakukan serangan udara pada Minggu terhadap milisi Kataib Hizbullah sebagai balasan atas tewasnya seorang kontraktor sipil Amerika dalam serangan roket di pangkalan militer Irak, kata para pejabat.

Sumber-sumber Irak mengatakan sedikitnya 25 pejuang milisi tewas dan 55 lainnya mengalami luka-luka.

“Perdana menteri menggambarkan serangan Amerika terhadap pasukan bersenjata Irak sebagai serangan keji yang tidak dapat diterima yang akan memiliki konsekuensi berbahaya,”menurut kantor Perdana Menteri Irak.

Ketegangan telah meningkat antara Teheran dan Washington – dua sekutu utama Irak – sejak tahun lalu ketika Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sanksi.

Awal bulan ini, Menlu Amerika Mike Pompeo menyalahkan pasukan yang didukung Iran atas serangan di pangkalan-pangkalan di Irak.

Mike mengatakan serangan apa pun oleh Teheran yang merugikan orang Amerika atau sekutu akan “dijawab dengan respons yang tegas.”

Iran membantah terlibat dalam serangan terhadap pasukan Amerika dan mengutuk serangan itu sebagai aksi terorisme.

“Iran tidak dapat membenarkan pemboman dan pembunuhan orang yang melanggar hukum internasional,” kata juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei.

https://twitter.com/chadgarland/status/1211598328821141505?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1211598328821141505&ref_url=https%3A%2F%2Fsputniknews.com%2Fmiddleeast%2F201912301077902542-us-military-releases-first-footage-of-airstrikes-against-iraqi-militia—video%2F

Serangan itu terjadi saat aksi unjuk rasa di Irak dengan ribuan orang turun ke jalan untuk mengutuk, antara lain, milisi seperti Kataib Hizbullah dan pendukung Iran lainnya. Mereka juga menuntut perombakan sistem politik yang korup dan membuat sebagian besar rakyat Irak berada dalam garis kemiskinan. Sekitar 400 orang di Basra memprotes serangan itu dan melakukan demonstrasi mendukung milisi.

Seorang pemimpin milisi terkemuka bersumpah akan membalas dendam terhadap pasukan Amerika di Irak.

“Balasan kami akan sangat keras terhadap pasukan Amerika Serikat di Irak,” komandan senior Jamal Jaafar Ibrahimi, juga dikenal sebagai Abu Mahdi al-Mohandes, mengatakan pada Minggu.

Mohandes adalah komandan senior Popular Mobilization Force (PMF) Irak, organisasi paramiliter yang sebagian besar terdiri dari milisi Syiah dan didukung Iran.

Dia juga salah satu sekutu Iran yang paling kuat di Irak dan sebelumnya memimpin Kataib Hizbullah, yang dia dirikan. Pernyataan Mohandes disambut positif oleh para pendukung Iran.

“Membalas dan merespons kejahatan ini adalah hak alami bangsa Irak dan kelompok-kelompok yang membela Irak,” ujar Korps Pengawal Revolusi Islam, yang melatih beberapa milisi Irak termasuk Kataib Hizbullah.