Pembom bunuh diri menyerang pangkalan militer utama Amerika di Afghanistan menewaskan setidaknya satu orang dan melukai sejumlah orang. Serangan yang terjadi Rabu 11 Desember tersebut dinilai dapat mengacaukan rencana untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai antara Amerika Serikat dan Taliban.
Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menghantam pangkalan udara Bagram di utara Kabul tersebut.
“Pertama, kendaraan Mazda tugas berat menabrak dinding pangkalan Amerika,” kata Zabihullah Mujahid, seorang juru bicara Taliban. “Belakangan beberapa mujahid yang dilengkapi dengan senjata ringan dan berat mampu menyerang penjajah Amerika.”
Juru bicara Taliban mengklaim serangan itu masih berlangsung. Koalisi militer pimpinan Amerika mengatakan serangan itu “dengan cepat terkendali dan dipukul mundur”.
Abdul Shukoor Qudosi, Gubernur Distrik Bagram, mengatakan 87 orang terluka dan seorang wanita tewas, dan operasi pembersihan masih berlangsung.
Lima prajurit dari bekas republik Soviet Georgia, yang merupakan bagian dari koalisi pimpinan-Amerika, termasuk di antara mereka yang terluka, kata kementerian pertahanan negara itu dalam sebuah pernyataan. Mayoritas korban adalah orang Afghanistan.
“Bentrokan 30 menit juga terjadi antara penyerang, yang jelas ingin memasuki pangkalan, dan pasukan asing,” kata Wahida Shahkar, juru bicara Gubernur Provinsi Parwan, yang meliputi distrik Bagram.
Dua penyerang meledakkan kendaraan yang sarat dengan bahan peledak di pintu masuk selatan ke pangkalan itu, sementara lima lainnya melepaskan tembakan. Tidak segera jelas berapa banyak dari lima pria bersenjata itu terbunuh, kata Shahkar.
Pangkalan medis yang sedang dibangun untuk penduduk setempat rusak parah, koalisi pasukan asing di Afghanistan mengatakan dalam sebuah pernyataan. Taliban membantah hal ini.
Presiden Amerika Donald Trump membatalkan pembicaraan dengan Taliban pada September setelah serangan oleh kelompok itu menewaskan seorang tentara Amerika.
Taliban mengendalikan lebih banyak wilayah daripada pada titik mana pun sejak digulingkan dari kekuasaan oleh musuh Afghanistan dengan dukungan udara AS pada tahun 2001.