Para pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO akan berusaha untuk mendorong China ke dalam rezim pengontrolan senjata internasional.
“Kami telah mulai membahas bagaimana kami dapat memasukkan China dalam pengaturan kontrol senjata yang relevan di masa depan,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada konferensi pers penutupan untuk pertemuan para pemimpin NATO di luar London Rabu 4 Desember 2019.
Dia mengakui selama ini kurang memberi perhatian besar kepada China yang terus mengembangkan senjata mereka. Hal ini karena aliansi secara historis mencurahkan energinya untuk Uni Soviet dan Rusia, kata Stoltenberg.
“Kami melihat bahwa China banyak berinvestasi dalam kemampuan baru dan modern,” kata Stoltenberg sebagaimana dilaporkan Defense News.
“Beberapa minggu yang lalu, mereka menunjukkan rudal balistik antarbenua baru yang mampu mencapai Eropa dan Amerika Utara. Mereka mendemonstrasikan rudal dan glider hipersonik. ”
China sebelumnya menolak upaya untuk membawanya ke dalam Perjanjian Intermediate-range Nuclear Force (INF) antara Amerika dan Rusia.
Perjanjian itu berakhir tahun ini setelah pejabat NATO menuduh Rusia selama bertahun-tahun tidak mematuhi perjanjian tersebut.
Pada Konferensi Keamanan Munich pada bulan Februari, Kanselir Jerman Angela Merkel membuat proposal untuk menyelamatkan Perjanjian INF yang saat itu merana dengan meminta pejabat tinggi China di antara hadirin agar mempertimbangkan untuk bekerja sama. Tetapi pejabat itu melanjutkan untuk naik panggung tak lama kemudian hanya untuk menurunkan kanselir.
Selain keengganan China upaya NATO mempertahankan dan bahkan memperluas rezim kontrol senjata global akan menjadi perjuangan yang berat. Hal ini karena Amerika Serikat, aktor utama NATO, tampaknya memiliki sedikit selera untuk perjanjian seperti terlebih di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Dalam kasus China, pertimbangan taktis akan membuat negara itu tidak mungkin menyerahkan persenjataan besar rudal jarak menengahnya, yang akan dilarang berdasarkan Perjanjian INF, kata para ahli. Banyak senjata diarahkan ke Taiwan, yang diklaim China sebagai wilayahnya.