Pakta Pertahanan Atlantik Utara mendapat kekuatan baru setelah lima pesawat tanpa awak RQ-4D tiba di Stasiun Udara Naval Sigonella di Sisilia. Empat drone mahal ini selanjutnya akan diuji selama kurang lebih enam bulan.
RQ-4D NATO, yang berasal dari jalur yang sama dengan RQ-4A yang telah masuk dimiliki NATO sejak tahun 2005 sebagai bagian dari apa yang disebut ‘Perang Global Melawan Teror’, akan membentuk bagian dari apa yang diketahui sebagai Sistem Alliance Ground Support (AGS).
“Saya menyambut kedatangan pesawat Surveillance Ground Alliance pertama di Sigonella. Ini menunjukkan bahwa Sekutu NATO berkomitmen untuk memodernisasi Aliansi dan berinvestasi untuk memberikan kapabilitas terdepan untuk kepentingan keamanan bersama kita, ”kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg Jumat 22 November 2019.
Long-awaited arrival of the first @NATO @northropgrumman Alliance Ground Surveillance #AGS derivative of the Global Hawk has just touched down at #Sigonella, Italy https://t.co/oCTWl75HRg pic.twitter.com/3GEoTKyGjF
— Tony Osborne (@Rotorfocus) November 21, 2019
Sistem di Stasiun Udara Sigonella di Sisilia akan secara kolektif dimiliki dan dioperasikan oleh sekutu NATO. “Drone ini telah disesuaikan secara unik dengan persyaratan NATO untuk memberikan kemampuan Intelligence, Surveillance dan Reconnaissance (ISR) yang canggih ke NATO”.
Versi serupa dari drone ini yakni program “Euro Hawk” telah gagal dengan menelan biaya 700 juta dolar milik Jerman. Pada tahun 2015 program ini mengalami keterlambatan karena masalah teknis dan penundaan uji terbang.RQ-4D NATO juga merupakan varian dari drone yang ditembak jatuh pemerintah Iran pada Juni 2019.
Berita tentang kedatangan drone NATO di Euope datang di tengah laporan bahwa Pentagon sedang mempertimbangkan untuk memangkas 21 dari 35 drone RQ-4 Global Hawknya. Pemangkasan ini sebagai bagian dari keinginan Amerika untuk lebih fokus melawan China dan Rusia.
Sementara itu, beberapa analis di Jerman menyuarakan kekhawatiran bahwa ada risiko “perlombaan senjata baru. Surat kabar Jerman Der Spiegel memperingatkan saat ini dunia berada dalam iklim yang jauh lebih berbahaya daripada Perang Dingin. Situasi ini telah diperburuk oleh runtuhnya Perjanjian INF, awal tahun ini.
Kekhawatiran atas kedatangan Drone ini juga diutarakan lembaga nonpemerintah Drone Wars Inggris yang mengatakan:
“Drone Wars mencatat dengan prihatin bahwa dimasukkannya Automated Target Identification dan Automatic targeting systems di AGS. Meski AGS tidak dipersenjatai, itu dapat digunakan untuk akuisisi target drone bersenjata atau pesawat berawak.”
“Sekarang telah tiba, RQ-4D yang diperkirakan akan diuji selama enam bulan,” tambah lembaga tersebut dalam laporan yang diterbitkan oleh Centre for War Studies.
Mengusung sensor Northrop-Raytheon “MP-RTIP” untuk pencarian, pencitraan dan ground-moving target indication (GMTI), pesawat tak berawak ini menawarkan kemampuan serupa dengan Northrop E-8C “JSTARS,” tapi tanpa fungsi manajemen pertempuran.
NATO pernah berencana membeli pesawat JSTARS sendiri, tapi setelah lama mempertimbangkan pilihan akhirnya memilih Global Hawk pada tahun 2012.
Didasarkan pada RQ-4 Block 40 yang dioperasikan Angkatan Udara Amerika , versi NATO menambahkan mode maritim dan kontrol darat serta pengumpulan intelijen yang dibangun mitra industri Eropa seperti Airbus, Kongsberg dan Selex ES.
Sebanyak 15 negara yang memberikan kontribusi untuk akuisisi, dengan Amerika menyediakan sekitar 40% biaya.
Northrop telah memiliki beberapa keberhasilan dalam mengembangbiakan Global Hawk sebagai sistem surveilans jarak jauh, dengan Korea Selatan dan Jepang juga akan membeli versi mereka sendiri, sementara Angkatan Laut Amerika dan Australia memembeli MQ-4C Triton khusus untuk patroli maritim. Pesawat dapat beroperasi hingga 30 jam non-stop di ketinggian sekitar 60,000 kaki.