Iran Bergerak Lebih Jauh dari Kesepakatan Nuklir, Rusia dan Prancis Khawatir

Iran telah meningkatkan pekerjaan di fasilitas nuklir bawah tanahnya Fordow sebuah langkah yang Prancis sebut menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa Teheran secara eksplisit merencanakan untuk berhenti dari kesepakatan dengan kekuatan dunia yang membatasi program atomnya.

Rusia juga menyuarakan kekhawatiran atas keputusan Iran untuk mulai menyuntikkan gas uranium ke sentrifugal di Fordow, sebuah langkah yang menjauhkan Iran dari kesepakatan. Tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk memperpanjang waktu yang diperlukan Iran untuk membangun senjata nuklir  menjadi satu tahun dari sekitar 2-3 bulan.

“Dengan kehadiran inspektur dari International Atomic Energy Agency [IAEA], Iran mulai menyuntikkan gas [uranium] ke sentrifugal di Fordow,” lapor TV Pemerintah Iran sebagaimana dikutip Reuters.

Kesepakatan melarang bahan nuklir dibangun di Fordow  dan dengan gas masuk ke sentrifugalnya, fasilitas itu akan berpindah dari status pabrik penelitian yang diizinkan menjadi situs nuklir aktif.

Seorang juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan kepada TV pemerintah bahwa injeksi gas uranium akan dimulai Rabu 6 November 2019 tengah malam waktu setempat.

“Kami telah menempatkan silinder 2.800 kg termasuk 2.000 kg uranium hexafluoride (UF6) yang telah diletakkan di Fordow. Sentrifugal di sana akan memperkaya uranium hingga tingkat 4,5%,” kata Kamalvandi.

Presiden Hassan Rouhani, arsitek perjanjian itu, menyalahkan Washington karena Iran membatalkan komitmen nuklirnya dan mengatakan Fordow akan segera sepenuhnya melanjutkan pekerjaan pengayaan uranium.

“Langkah ke-4 Iran dalam mengurangi komitmennya di bawah JCPOA [kesepakatan nuklir 2015] dengan menyuntikkan gas ke 1.044 sentrifugal dimulai hari ini. Berkat kebijakan Amerika dan sekutunya, Fordow akan segera kembali beroperasi penuh, “tweeted Rouhani.

Berbicara pada kunjungan ke China, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut langkah Iran sebagai hal serius dan secara eksplisit menjadi isyarat pertama Iran Iran untuk untuk keluar dari kesepakatan.

“Saya berpikir bahwa untuk pertama kalinya, Iran telah memutuskan secara eksplisit untuk meninggalkan perjanjian JCPOA  yang menandai perubahan besar,” kata Macron, yang berada di garis depan upaya Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan itu setelah Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian.

Di Moskow, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, peristiwa yang terjadi di sekitar kesepakatan nuklir itu sangat mengkhawatirkan dan meminta Iran untuk memenuhi ketentuan perjanjian itu.

Namun dia menambahkan bahwa Moskow memahami mengapa Teheran mengurangi komitmennya, dan menyalahkan situasi pada keputusan AS untuk menarik diri dari pakta tersebut.

Iran sepakat pada 2015 untuk mengubah Fordow menjadi “pusat nuklir, fisika dan teknologi” di mana 1.044 sentrifugal digunakan untuk tujuan selain pengayaan, seperti memproduksi isotop stabil, yang memiliki berbagai kegunaan sipil.

Tahun lalu, Presiden Amerika Donald Trump keluar dari kesepakatan  dan sejak itu memperbarui dan mengintensifkan sanksi dengan  memangkas penjualan minyak mentah vital Iran lebih dari 80%.

Di Wina, IAEA  mengatakan inspekturnya ada di Iran dan akan melaporkan kembali kegiatan yang relevan.

Pihak berwenang Iran juga mengatakan pada hari Selasa bahwa Teheran akan memperkaya uranium hingga 5% di Fordow, yang selanjutnya akan memperumit peluang penyelamatan perjanjian itu.

Perjanjian itu membatasi tingkat kemurnian Iran yang dapat memperkaya uranium sebesar 3,67 persen yang cocok untuk pembangkit listrik sipil dan jauh di bawah ambang batas 90% untuk senjata nuklir. Iran menyangkal pernah bertujuan mengembangkan bom nuklir.

Iran mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya telah mempercepat pengayaan dengan menggandakan jumlah sentrifugal IR-6 canggih yang sedang beroperasi dan sedang mengerjakan prototipe yang disebut IR-9, yang bekerja 50 kali lebih cepat daripada sentrifugal IR-1.