Departemen Pertahanan Amerika dilaporkan telah menyusun rencana untuk mengirim ratusan tentara dan puluhan tank untuk menjaga ladang minyak di Suriah timur.
Menanggapi hal itu Rusia mengatakan pihaknya tidak ingin muncul masalah baru di negara yang dikoyak perang tersebut karena keputusan Amerika itu.
“Kami tidak ingin komplikasi baru. Pekerjaan yang telah dilakukan pada tingkat kepemimpinan Rusia dan Turki dalam beberapa hari terakhir, hasil negosiasi di Sochi tidak boleh menggoda siapa pun untuk memformat ulang atau mengubah sesuatu lagi,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov sebagaimana dilaporkan Sputnik Jumat 25 Oktober 2019.
Sergei Ryabkov menambahkan sinyal kontradiktif yang telah dikirim Amerika mengenai Suriah dapat mengindikasikan keinginan untuk mempertahankan kondisi yang memungkinkan tekanan terus pada Damaskus.
“Kami sangat khawatir bahwa sinyal dari Gedung Putih mungkin mencerminkan sikap yang sama: untuk menjaga kondisi guna melanjutkan tekanan multi-komponen pada otoritas yang sah di Damaskus,” katanya. “Ini adalah saat kita tidak setuju dan kita tidak bisa setuju dengan Amerika Serikat tentang situasinya.”
Seperti dilaporkan sebelumnya Washington sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk mengerahkan 500 prajurit ke daerah itu untuk menjaga fasilitas minyak.
Laporan itu muncul bebrapa hari setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin mencapai kesepakatan untuk memaksa mundur Kurdi dan membangun patroli bersama di zona operasi di timur laut Suriah di sepanjang perbatasan Turki.