Ada kemungkinan Amerika Serikat akan mengerahkan rudal jangka pendek dan menengah berbasis darat di Lingkar Pasifik. Rudal ini sebelumnya dilarang oleh Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Force (INF) yang telah runtuh.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menyebut jika benar Amerika menempatkan rudal tersebut di Pasifik, maka itu sebagai langkah provokasi.
“Rudal yang sebelumnya dilarang oleh INF, sangat mungkin akan dikerahkan [Amerika] di Lingkar Pasifik dan Eropa untuk memancing ketegangan. Keputusan semacam itu pasti akan mengarah pada perlombaan senjata, menumbuhkan potensi konflik yang akan meningkatkan kemungkinan insiden,” kata Shoigu, berbicara di Forum Xiangshan ke-9 tentang keamanan Senin 21 Oktober 2019.
Dia mencatat bahwa negara-negara yang akan menyetujui penyebaran rudal Amerika di wilayah mereka akan menjadi sandera kebijakan luar negeri Amerika, yang menurut Rusia tidak akan menyenangkan.
“Kami siap melakukan dialog untuk menjaga stabilitas regional, dan mengembangkan langkah-langkah kepercayaan dan kerja sama dengan semua pihak yang berkepentingan,” tambahnya sebagaimana dilaporkan Sputnik.
Amerika Serikat menarik diri dari Perjanjian INF pada 2 Agustus karena menuduh Rusia melanggar perjanjian tersebut serta keengganan negara-negara lain, termasuk China, untuk bergabung dalam INF. Keputusan itu menuai banyak kritik dari Rusia dan negara-negara lain.
Perjanjian INF, yang ditandatangani oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1987, melarang semua rudal jarak dekat (310-620 mil) dan menengah (620–3.420 mil) berbasis darat.
Menurut Shoigu alasan sebenarnya Washington untuk secara sepihak menarik diri dari INF adalah kekuatan China dan Rusia. “Perjanjian tersebut tidak lagi menguntngkan Amerika Serikat di tengah meningkatnya kekuatan militer dan ekonomi China, pemulihan potensi pertahanan Rusia dan perluasan kerja sama militer-teknis antara kedua negara, ” kata Shoigu.
Pada saat yang sama, Shoigu menekankan, ketika menuduh Rusia melanggar INF, Washington sedang mempersiapkan untuk menghancurkan perjanjian itu satu tahun ke depan.
“Mereka menciptakan kendaraan udara tak berawak, menggunakan rudal balistik jarak menengah sebagai rudal target, menggunakan sistem peluncuran vertikal Mk-41 di Eropa, yang awalnya dirancang untuk meluncurkan rudal jelajah Tomahawk. Ini menegaskan fakta bahwa 16 hari setelah pengunduran diri dari perjanjian-perjanjian tanah- tes rudal jelajah berbasis darat dilakukan, yang, menurut Amerika sendiri, mencapai target pada jarak lebih dari 310 kilometer, “kata menteri.