Lebih dari 100 insinyur dari PT Dirgantara (PTDI) tetap terlibat dalam proyek jet tempur KF-X di Korea Selatan meskipun ada kekhawatiran tentang keterlibatan Indonesia dalam program ini.
Pejabat industri mengatakan kepada Jane di Aerospace and Defense Exhibition (ADEX) Seoul 2019bahwa hubungan antara PTDI di Korea Aerospace Industries (KAI), yang memimpin program KF-X, tetap kuat bahkan meski pemerintah Korea Selatan dan Indonesia belum mencapai kesepakatan tentang bagaimana.
“Kami memiliki 114 insinyur yang bekerja pada KF-X di Korea,” kata seorang pejabat sebagaimana dikutip Jane Selasa 15 Oktober 2019. “Mereka terutama bekerja pada desain pesawat tetapi juga pada proses pembuatan.”
PTDI mengatakan kepada Jane bahwa keterlibatan para insinyurnya dalam program ini dimaksudkan untuk mendukung pengembangan jangka panjang perusahaan dan kemampuannya untuk menerapkan keterampilan yang diperoleh di berbagai platform.
Pejabat industri menolak berkomentar langsung terkait pembicaraan tingkat pemerintah terkait keputusan Jakarta untuk mendanai keterlibatannya dalam program jet tempur KF-X/IF-X. Pembicaraan ini dimulai pada Oktober 2018 setelah Indonesia mengatakan karena kurangnya dana, ingin menegosiasikan kembali pengaturan keuangan yang disepakati pada tahun 2015. Renegosiasi awalnya diharapkan akan selesai dalam waktu 12 bulan tetapi belum diselesaikan.
Berdasarkan perjanjian keuangan awal Indonesia berkomitmen untuk membayar 20% dari total biaya pengembangan pesawat, yang diperkirakan sekitar US$8 miliar. Pemerintah Korea Selatan berkomitmen untuk membayar 60% dari biaya, dengan KAI 20% sisanya