India akhirnya secara resmi mengakui menembak helikopter Mi-17 milik mereka sendiri saat terjadi pertempuran udara dengan Pakistan pada bulan Februari 2019 lalu.
“Itu adalah kesalahan kita karena rudal kita mengenai helikopter kita sendiri. Kami akan mengambil tindakan terhadap dua petugas. Kami mengakui ini adalah kesalahan besar kami dan kami akan memastikan kesalahan tersebut tidak terulang di masa depan,” kata Kepala Angkatan Udara Marshal Bhadauria mengakui dalam interaksi pers pertamanya setelah menjabat Jumat 4 Oktober 2019 sebagaimana dilaporkan Sputnik.
Penyelidikan yang dilakukan menyimpulkan helikopter jatuh sehari setelah pertempuran udara antara Angkatan Udara India dan Pakistan setelah serangan udara Balakot pada 26 Februari. India juga kehilangan satu MiG-21 dan mengklaim menembak jatuh satu F-16 Pakistan. Namun klaim itu dibantah Pakistan dan sampai saat ini tidak ada bukti fisik yang bisa dirilis ke publik.
Selama konferensi pers, Marsekal Bhadauria juga menyebutkan akuisisi jet tempur Rafale dari Prancis dan Sistem Rudal Pertahanan Udara S-400 Rusia dengan mengatakan akan meningkatkan kemampuan IAF.
India menandatangani perjanjian pada tahun 2016 dengan pemerintah Prancis dan Dassault Aviation untuk akuisisi 36 pesawat tempur Rafale dengan biaya lebih dari 7,8 miliar euro. Rafale mampu membawa berbagai senjata dan misil yang kuat.
Menteri Pertahanan India Rajnath Singh akan melakukan perjalanan ke Prancis minggu depan untuk menerima pesawat pertama. Dassault melakukan modifikasi khusus jet tempur untuk India, termasuk display yang dipasang di helm Israel, radar penerima peringatan, jammers, serta infra-red search and tracking systems.
New Delhi juga mengakuisisi lima sistem pertahanan rudal S-400 dari Moskow dengan biaya US$ 5,43 miliar, menentang ancaman sanksi Amerika. India tetap menjadi mitra pertahanan utama bagi Rusia dengan sekitar 58 persen impor senjatanya antara 2014 dan 2018 bersumber dari Rusia.
