Pejabat tinggi intelijen Israel mengakui negaranya berada dalam situasi rumit setelah pesawat Rusia ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Suriah tahun lalu. Ketegangan tinggi dan potensi bentrok dengan Rusia cukup terbuka.
Brigadir Jenderal Dror Shalom, kepala Divisi Riset Intelijen Militer IDF, mengatakan bahwa militer Israel berusaha keras menghindari bentrokan dengan Rusia menyusul insiden tersebut.
“Kami mengadakan dialog yang sangat rumit dengan Rusia,” kata Brigjen Shalom dalam sebuah wawancara dengan harian Israel Hayom dan dikutip Sputnik Rabu 3 Oktober 2019.
“Kami tidak ingin berbenturan dengan mereka, tetapi mereka juga mengerti seberapa besar kerusakan yang bisa kami lakukan. Mereka tahu bukan kita yang menembak. Namun, kami sangat berhati-hati dan berjalan berjinjit [hati-hati] – tetapi sejauh yang saya mengerti, kami memiliki beberapa kebebasan bertindak. ”
Seperti diketahui pada 17 September 2018, sistem pertahanan udara S-200 Suriah menjatuhkan jet Rusia Il-20 saat itu di atas Laut Mediterania menuju pangkalan udara Hmeimim. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan jet tempur Israel yang bersiap untuk menyerang sasaran di Suriah menggunakan pesawat Rusia sebagai perisai dari pertahanan udara Suriah.
Moskow juga menyatakan bahwa IDF hanya memberikan peringatan kurang dari satu menit sebelum serangan, yang tidak cukup untuk membawa Il-20 keluar dari jalur rudal Suriah.
Israel menolak tuduhan dan menyalahkan Suriah, namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan penyesalannya atas hilangnya 15 personel Rusia. Ketegangan berkurang setelah Vladimir Putin menyebut kejadian itu sebagai tragedi tragis akibat rantai keadaan yang rumit.
Dror Shalom juga mengatakan bahwa Israel sekarang menghadapi situasi yang tidak stabil di mana “pada akhirnya, itu semua tentang Iran.” Dia mengklaim bahwa Iran sedang mentransfer kemampuan rudal khusus ke Suriah dan mengorganisir milisi di sana yang akan berperang terhadap Israel dalam potensi konflik dengan Hizbullah, sebuah kelompok militan yang berbasis di Libanon. Iran membantah memberikan dukungan militer kepada militan di Suriah.
Israel melakukan serangan udara terhadap sasaran di Suriah dan Libanon yang diklaimnya milik Hizbullah atau Iran. Pada akhir Agustus, pesawat tak berawak menabrak kantor Hizbullah di Beirut, yang dikaitkan dengan Israel meskipun IDF tidak mengakui perannya. Meski Israel jarang mengakui serangan udara, alasan di balik mereka adalah ketakutan di Tel Aviv bahwa Hizbullah merupakan ancaman besar bagi keamanannya.