Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan tidak perlu menguji sistem pertahanan udara S-500 di Suriah. Senjata ini dinilai tidak cocok di medan perang tersebut.
Sebelumnya, mengutip sumber di kompleks industri militer, surat kabar Izvestia melaporkan pengujian sistem pertahanan udara S-500 Prometey yang saat ini masih dibangun akan dilakukan termasuk di Suriah.
“S-500 dirancang untuk menangani target balistik dan aerodinamis pada jarak jauh. Tidak perlu pengujian dan terutama penggunaan sistem rudal anti-pesawat S-500 di Republik Arab Suriah,” kata Kementerian Pertahanan Rusia sebagaimana dikutip Sputnik Rabu 2 Oktober 2019.
Spesifikasi teknis S-500 sampai saat ini masih sangat dirahsiakan, meskipun sejumlah laporan berspekulasi bahwa sistem akan mampu menghancurkan target dari jarak hingga 600 km, dan melacak dan menyerang hingga 10 target balistik dengan kecepatan hiper-sonik hingga 7 km per detik atau setara dengan sekitar 20 Mach.
Pada 2 Oktober 2018, Moskow mengirim S-300 ke Damaskus dalam upaya untuk meningkatkan keamanan pasukan Rusia yang dikerahkan di negara Timur Tengah yang bergolak itu. Langkah itu dilakukan sebagai tanggapan dari insiden di mana pertahanan udara Suriah secara tidak sengaja menembak jatuh sebuah pesawat militer Rusia Il-20 dengan 15 anggota layanan di dalamnya di Latakia ketika berusaha untuk mengusir serangan udara Israel.
Sebagai buntut dari insiden itu, Moskow menuduh Israel sengaja menggunakan pesawat Rusia sebagai perisai selama serangan. Tel Aviv menepis tuduhan dan mengklaim sebelumnya telah memperingatkan Moskow tentang serangan udara yang akan dilakukan di daerah tersebut.