China Pamerkan Berbagai Senjata, Salah Satu Dinilai Sangat Berbahaya

China Pamerkan Berbagai Senjata, Salah Satu Dinilai Sangat Berbahaya

Militer China menggunakan parade peringatan hari jadinya yang ke-70 untuk ajang unjuk kekuatan dengan menunjukkan sejumlah senjata baru. Salah satu senjata baru yang ditampilkan menurut para ahli bisa sulit bagi Amerika untuk melawannya.

Dalam pidatonya di awal parade yang berlangsung hampir tiga jam Selasa 1 Oktober 2019, Presiden China Jinping mengatakan bahwa negaranya akan tetap berada di jalur “pembangunan damai,” tetapi militer akan secara tegas melindungi kedaulatan dan keamanan negara.

China mengatakan parade, acara politik paling penting di negara itu tahun ini, yang menampilkan lebih dari 15.000 tentara berbaris melalui bagian Lapangan Tiananmen ketika pesawat jet terbang di atasnya dengan menyembrukan asap warna warni.

Meski China mengatakan parade ini tidak ditujukan untuk mengancam negara lain, para ahli pertahanan melihatnya sebagai pesan kepada dunia bahwa kecakapan militer China tumbuh dengan cepat, bahkan ketika menghadapi tantangan yang meningkat, termasuk berbulan-bulan protes anti-pemerintah di Hong Kong dan ekonomi yang melambat.

Sebagaimana dilaporkan Reuters, seperti yang diduga sejak awal, China pada kesempatan ini meluncurkan kendaraan udara tak berawak atau drone baru dan memamerkan rudal antarbenua dan hipersoniknya yang dirancang untuk menyerang kapal induk dan pangkalan yang menopang kekuatan militer Amerika di Asia.

Seorang penyiar televisi negara menyebut persenjataan rudal itu sebagai kekuatan untuk mewujudkan impian negara yang kuat dan militer yang kuat.

Di antara senjata-senjata itu adalah Dongfeng-21D (DF-21D) yang pertama diluncurkan pada parade militer pada tahun 2015. Rudal ini dirancang untuk menyerang kapal perang di laut pada jarak hingga 1.500 kilometer. Selain itu juga ditampilkan rudal jarak menengah DF-26 yang  dijuluki “Pembunuh Guam” mengacu pada pangkalan Amerika di pulau Pasifik.

Tentara Pembebasan Rakyat China juga meluncurkan rudal hipersonik, yang dikenal sebagai DF-17, yang secara teoritis dapat bermanuver tajam pada beberapa kali kecepatan suara membuatnya sangat sulit untuk dilawan.

Nozomu Yoshitomi, profesor di Universitas Nihon Jepang dan pensiunan jenderal utama di Pasukan Bela Diri Jepang, mengatakan DF-17  memunculkan pertanyaan serius tentang efektivitas sistem pertahanan rudal regional yang dibangun oleh Amerika Serikat dan Jepang.

“Ada kemungkinan bahwa jika kita tidak memperoleh sistem pertahanan rudal balistik yang lebih canggih, akan menjadi mustahil bagi Amerika Serikat dan Jepang untuk merespons,” kata Yoshitomi.

Di bagian belakang parade kekuatan darat juga tampil 16 peluncur yang membawa rudal balistik antarbenua DF-41, yang merupakan tulang punggung pencegah nuklir China. Rudal ini diyakini mampu menjangkau daratan Amerika Serikat dengan beberapa hulu ledak nuklir.

Military vehicles carrying DF-41 intercontinental ballistic missiles travel past Tiananmen Square during the military parade marking the 70th founding anniversary of People’s Republic of China, on its National Day in Beijing, China October 1, 2019. REUTERS/Jason Lee

Media pemerintah mengatakan 40% dari senjata yang ditampilkan dalam parade muncul di depan umum untuk pertama kalinya. Perangkat keras tersebut termasuk versi rudal baru dan yang diubah, seperti rudal jelajah anti-kapal jarak jauh dan YJ-18A yang  berbasis kapal.

China memiliki kebiasaan menampilkan sistem senjata dalam parade yang telah memasuki layanan, meskipun analis telah menilai bahwa beberapa peralatan baru bisa berupa eksperimen atau prototipe.

Misalnya, Gongji-11, yang dideskripsikan oleh Global Times sebagai drone serangan dan “versi final” drone Sharp Sword yang pertama kali terbang pada tahun 2013, ditampilkan untuk pertama kalinya di belakang truk.

China juga memperlihatkan jet yang terbang dalam formasi pengisian bahan bakar di udara, dan helikopter angkut medium Z-20 yang mirip dengan UH-60 Black Hawk Amerika.

Banyak militer Barat menghindari parade militer berskala besar dengan menyebutnya sebagai pemborosan yang mahal dan berpendapat bahwa peristiwa semacam itu hampir tidak memiliki nilai untuk perang.