Rem Nuklir Jebol, Perjanjian INF Resmi Diakhiri

Rem Nuklir Jebol, Perjanjian INF Resmi Diakhiri

Pemerintahan Donald Trump secara resmi memutuskan untuk sepenuhnya mengabaikan Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF), sehingga mengakhiri stabilitas strategis lebih dari tiga dasawarsa.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat 2 Agustus 2019 mengatakan perjanjian INF tahun yang melarang penyebaran senjata nuklir darat dengan jangkauan 500 hingga 5.500 km secara resmi dihentikan mulai 2 Agustus atas inisiatif Amerika Serikat,

“Pada 2 Agustus 2019 Perjanjian antara Union of Soviet Socialist Republics dan Amerika Serikat tentang penghapusan rudal jarak menengah dan pendek, yang ditandatangani di Washington pada 8 Desember 1987, diakhiri atas inisiatif pihak Amerika,” kata pernyataan itu sebagaimana dikutip Sputnik.

Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo telah mengkonfirmasi penarikan AS dari perjanjian INF dan mengklaim bahwa Rusia “memikul tanggung jawab tunggal” atas runtuhnya perjanjian tersebut.

Bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang menangguhkan keikutsertaan Moskow dalam perjanjian tersebut sebagai tanggapan atas langkah Washington. Pada Oktober 2018, Presiden Amerika Donald Trump mengumumkan niatnya untuk merobek perjanjian itu, setelah menuduh Rusia melanggar perjanjian itu dan mengatakan bahwa Amerika akan mulai mengembangkan senjata yang dilarang berdasarkan perjanjian tersebut.

Pada saat itu, Putin memperingatkan bahwa dampak dari keputusan Amerika itu tidak dapat diprediksi dan dapat mengakibatkan bencana global karena tren peningkatan ambang batas untuk penggunaan senjata nuklir.

Pemerintah Amerika kemudian menyatakan Desember lalu bahwa mereka akan menunda kepatuhannya terhadap perjanjian itu kecuali jika Rusia kembali untuk sepenuhnya “mematuhi” perjanjian itu dalam 60 hari.

Dua bulan kemudian, Washington mengumumkan pengunduran dirinya dari pakta itu pada Februari, menuduh Moskow mengembangkan rudal 9M729 yang diduga melanggar ketentuan-ketentuan perjanjian internasional.

Rusia telah berulang kali membantah tuduhan bahwa rudal itu melanggar perjanjian dan balik menunjuk bahwa sistem pertahanan rudal Amerika yang dikerahkan di Eropa memiliki kemampuan ofensifnya dan karenanya melanggar perjanjian itu.

Presiden Rusia sejauh ini bukan satu-satunya orang yang percaya bahwa jatuhnya perjanjian itu akan menurunkan ambang batas untuk penggunaan senjata nuklir.  Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk eskalasi tersebut mendesak kedua pihak untuk menahan diri dari langkah berbahaya.

“Ketika [perjanjian] berakhir besok, dunia akan kehilangan rem yang tak ternilai pada perang nuklir. Ini kemungkinan akan meningkatkan, bukan mengurangi, ancaman yang ditimbulkan oleh rudal balistik. Terlepas dari apa yang terjadi, pihak-pihak harus menghindari perkembangan yang tidak stabil dan dengan segera mencari persetujuan pada jalur bersama baru untuk kontrol senjata internasional “.

Kesepakatan tersebut ditandatangani pada tahun 1987 oleh Presiden AS Ronald Reagan dan Sekretaris Jenderal Uni Soviet Mikhail Gorbachev, menandai pertama kalinya kedua negara adidaya – Uni Soviet dan AS – secara sukarela sepakat untuk mengurangi persenjataan nuklir mereka dan menghancurkan semua senjata nuklir yang masuk dalam perjanjian yakni rudal balistik dan jelajah dengan jarak antara 500 dan 5.500 kilometer serta memungkinkan inspeksi untuk verifikasi.