Sejumlah pemimpin negara, secara bergiliran atau karena isu tertentu selalu diberi kesempatan untuk menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB. Dari ratusan pemimpin dunia yang pernah berdiri di mimbar itu, tidak banyak yang membuat kehebohan.
Fidel Castro, pemimpin revolusi Kuba adalah satu dari sedikit orang yang melakukan itu dengan pidatonya yang tajam.
Fidel Castro tidak sendirian, dan rata-rata juga karena sikapnya yang berani menantang dominasi Amerika. Tetapi ada juga pemimpin yang memunculkan ide aneh yang membuat hadirin yang hadir terkejut dan terheran-heran.
Inilah enam pemimpin dunia yang pernah menggemparkan Sidang Umum PBB dengan pidatonya.
Fidel Castro
Dalam sebuah pidato terkenal di sidang Majelis Umum PBB pada tanggal 26 September 1960, pemimpin Kuba Fidel Castro menyerukan slogan “Jangan pergi dengan filosofi penjarahan dan Anda telah melakukan lama dengan filosofi perang!”
Dia berbicara selama empat jam dan 29 menit, pidato terpanjang yang pernah diberikan di Majelis Umum.
Dalam sambutannya, Castro menjelaskan arti sebenarnya dari revolusi Kuba, esensi dari reformasi yang diumumkan oleh pemerintah dan memperingatkan Amerika untuk tidak menyerang negaranya.
Dia juga menyinggung aspek yang menyebabkan memburuknya hubungan AS-Kuba.
Nikita Khrushchev
Pada 12 Oktober 1960, pemimpin Soviet Nikita Khrushchev memberikan pidato pertamanya di Majelis Umum, di mana ia mendukung negara-negara Afrika dibebaskan dari ketergantungan kolonial dan menyerukan perlucutan senjata lengkap agar tidak memiliki “alat perang” lagi.
Kemudian, beberapa laporan media mengatakan bahwa selama pidato, Khrushchev diduga melemparkan sepatu di podium di Majelis Umum.
Saksi mata menyatakan bahwa semua ini terjadi setelah wakil dari Filipina membandingkan Uni Soviet dengan kamp konsentrasi.
Yasser Arafat
Pada tanggal 13 November 1974, pemimpin Palestina Yasser Arafat untuk pertama kalinya diundang di Sidang Majelis Umum PBB atas permintaan Gerakan Non-Blok.
Dalam sambutannya, ia menyebut Zionisme adalah bentuk rasisme, dan setahun kemudian, Majelis Umum mengeluarkan resolusi “Penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial”.
Dokumen berlabel Zionisme sebagai bentuk rasisme dan diskriminasi rasial. Resolusi itu dibatalkan atas permintaan Amerika Serikat dan Israel setelah runtuhnya Blok Timur pada tahun 1991.