Salah Tembakkan Rudal ke Suriah, Pilot Israel Digrounded

Salah Tembakkan Rudal ke Suriah, Pilot Israel Digrounded

Seorang pilot Angkatan Udara Israel untuk sementara dilarang terbang setelah menembakkan rudal udara ke udara pada apa yang ternyata menjadi “target salah” di perbatasan Israel-Suriah akhir bulan lalu.

Channel 12 Israel sebagaimana dikutip Sputnik melaporkan insiden pada 28 Juni itu  terjadi setelah Angkatan Udara Israel menggerakkan sebuah jet untuk menanggapi ‘target udara mencurigakan’ yang mendekati wilayah udara Israel di atas Dataran Tinggi Golan.

Pilot kemudian menembakkan rudal udara ke udara tanpa ada perintah dan tidak mengenai sasaran apapun. Menurut media Israel, rudal itu terbang ke wilayah Suriah dan meledak.

Pilot jet dilaporkan ditangguhkan karena ‘kesalahan operasional yang serius’, tetapi sejak itu telah dipulihkan.

Chanel 12 tidak memberikan perincian lain tentang insiden itu dan tidak jelas apakah ada korban di pihak Suriah.

Israel telah mengakui melakukan ratusan kali serangan udara terhadap Suriah dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengatakan serangan itu bertujuan mencegah Iran dari dugaan rencananya untuk membangun pijakan di Suriah dari mana untuk melakukan agresi terhadap Tel Aviv.

Damaskus secara vokal mengutuk serangan Israel, menyebut mereka sebuah pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional, dan mengatakan bahwa kehadiran Iran di Suriah sebatas untuk membantu negara itu dalam perangnya melawan ISIS

Israel mengambil kendali atas Dataran Tinggi Golan Suriah selama Perang Enam Hari 1967, dan secara resmi mencaplok wilayah itu pada tahun 1981. Tak lama setelah itu, PBB menyatakan tindakan Tel Aviv tidak bisa diakui.

Namun pada bulan Maret, Presiden Amerika Donald Trump secara resmi mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel, yang memicu kecaman internasional. Pada bulan April, pemerintah Suriah memperingatkan bahwa mereka memiliki hak hukum untuk mengembalikan Dataran Tinggi Golan dengan cara apa pun  dengan mengatakan bahwa “satu-satunya bahasa yang dipahami Israel adalah bahasa kekerasan”.