Menunggu Ujung Pertarungan F-35 dan Rudal Rusia
USAF

Menunggu Ujung Pertarungan F-35 dan Rudal Rusia

S-300

Tapi kunci nyata Lightning II untuk bertahan hidup adalah radarnya sendiri. Radar Active Electronically Scan Array (AESA) yang dipasang di hidungnya mengubah pandangan mereka secara mekanis.

Radar yang dikendalikan secara elektronik tidak bergerak, tetapi pancarannya dapat disiarkan ke berbagai arah ribuan kali per detik dan melintasi banyak frekuensi. Kelincahan ini memungkinkan AESA untuk memetakan medan dan melacak ratusan target.

AESA dibangun untuk melakukan lebih dari sekadar memindai. Teknologi ini dapat menjangkau radar musuh dan mengacak sinyal mereka. Kombinasi radar dan sensor peringatan elektromagnetik mengingatkan pilot F-35 akan ancaman radar musuh. Selanjutnya dia kemudian dapat menghindari ancaman atau menggunakan AESA untuk mengacaukan sinyal, tidak peduli frekuensi apa yang ditransmisikan radar.

Jika rudal diluncurkan, F-35 dapat melacaknya dengan cakupan 360 derajat sensor inframerah dan kemudian, dalam beberapa kasus, membanjiri sistem panduan rudal dengan AESA.

F-35 adalah pesawat multirole. Ia harus melawan pesawat lain, membom sasaran, dan melakukan pengintaian, dan setiap misi membutuhkan muatan khusus.  Untuk alasan itu, desainnya membuatnya kurang tersembunyi dan kurang bermanuver dibandingkan F-22 Raptor, yang awalnya memang dirancang untuk memenangkan superioritas udara.

Fleksibilitas F-35 tergambar dengan apa yang dilakukan Israel yang menggunakan pesawat ini untuk melakukan serangan udara dan mengumpulkan misi intelijen di Timur Tengah. Setidaknya, begitulah sejauh ini.

F-35

Peperangan udara cenderung menguntungkan pihak yang bertahan. Hanya diperlukan menembak jatuh satu F-35 untuk membuat efek besar secara global. Sama seperti kasus pada tahun 1999 ketika baterai Serbia menghancurkan F-117 Nighthawk. Hal itu dipandang sebagai hal yang memalukan bagi Amerika Serikat, sementara sisa-sisa jet tetap berada di museum Moskow sebagai hadiah perang.

Timur Tengah sekarang tertutup dalam pertahanan udara buatan Rusia, dan negara-negara yang menerbangkan F-35 sangat sadar akan hal itu. Menurut Wall Street Journal, ketika pesawat tempur Israel melancarkan serangan bulan April di pangkalan udara di Suriah yang digunakan oleh pasukan Iran, tujuannya adalah untuk menghancurkan sistem pertahanan udara Tor buatan Rusia. Suriah, Iran telah memiliki S-300  Artinya kedua senjata ini berpotensi untuk bertemu.

Sebelumnya ada laporan Israel telah menerbangkan F-35 ke wilayah udara Iran. Jika benar, maka F-35 telah mencetak kemenangan awal pada sistem rudal Rusia. F-35 juga telah melakukan serangan ke Suriah dan S-300 negara tersebut tidak bisa menangani. Meski kemungkinan S-300 Suriah memang belum beroperasi secara penuh

Pada akhirnya, langit Timur Tengah saat ini benar-benar menjadi medan pembuktian teknologi tertinggi Amerika dan Rusia. Pertarungan nyata antara F-35 dan sistem rudal Rusia terutama S-300 dan S-400. Satu saja F-35 ditembak jatuh, maka hancur reputasinya. Tetapi sebaliknya, jika F-35 bisa melakukan misi dengan aman, maka ketenaran rudal Rusia pun akan dipertanyakan. Bagaimana hasilnya? Mari kita tunggu.