Iran pada Senin 1 Juli 2019 mengkonfirmasi persediaan uraniumnya yang diperkaya lebih dari 300 kilogram yang disebut sebagai langkah signifikan untuk mendapatkan senjata nuklir. Pernyataan ini pun langsung mengundang reaksi keras dari Israel yang bersumpah tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir
Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengklaim bahwa dengan peningkatan pengayaan uraniumnya, Iran telah membelok ke arah perang di mana mereka akan menderita kerugian besar.
Berbicara kepada Radio Angkatan Darat Israel, Katz berjanji bahwa negara Yahudi itu tidak akan mengizinkan Iran untuk mendapatkan senjata nuklir, bahkan jika harus bertindak sendiri untuk mencegah hal itu.
Hubungan antara Iran dan Israel tetap tegang, dengan negara Yahudi itu berulang kali menuduh Iran mendukung kelompok-kelompok seperti Hizbullah dan Hamas, dan mengobarkan perang proksi di negara-negara seperti Suriah yang dapat menimbulkan ancaman terhadap keamanan Israel. Iran membantah tuduhan itu serta menuduh Israel dan sekutunya terlibat dalam agresi militer di seluruh wilayah.
Katz merujuk Iran bergerak dari “wilayah abu-abu” ke “zona merah” perang di mana mereka akan dipukul dengan keras.
Dia juga menggambarkan Iran meningkatkan volume pengayaan uraniumnya sebagai tekanan untuk Eropa.
“Memberi makan harimau Iran tidak akan membantu; hanya kebijakan yang agresif dan sanksi serta dukungan untuk kebijakan Amerika yang akan dengan cepat menunjukkan bahwa itu adalah macan kertas, ” tambah Katz sebagiamana dikutip Sputnik Selasa 2 Juli 2019.
Pernyataan itu muncul setelah Presiden Amerika Donald Trump menuduh Iran bermain dengan api, sementara Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo memperingatkan bahwa rezim Iran, dipersenjatai dengan senjata nuklir, akan menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi kawasan dan dunia.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika John Bolton pada bagiannya mengatakan melalui Twitter, “Tidak ada alasan bagi Iran untuk meningkatkan pengayaannya kecuali itu bagian dari upaya untuk mengurangi waktu breakout untuk memproduksi senjata nuklir”.
Sebelumnya Kantor Berita Pelajar Iran mengutip Menteri Luar Negeri Javad Zarif bahwa Teheran telah menimbun lebih dari 300 kilogram uranium yang diperkaya, yang tidak selaras dengan kesepakatan nuklir Iran 2015, juga dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Actions (JCPOA).
Pada 8 Mei, Zarif mengatakan bahwa Teheran tidak akan melaksanakan sebagian dari komitmen JCPOA, karena Uni Eropa dan negara-negara lain telah gagal untuk melawan tekanan dari Amerika, yang menarik diri dari perjanjian itu tahun lalu dan kembali menerapkan sanksi pada Iran. Sejak itu, Iran telah meningkatkan pengayaan uranium empat kali lipat.