Pada abad ke-15, kekuatan besar Eropa abad pertengahan membayar tukang senjata berbakat untuk membangun bombard atau pengebom yakni sebuah artileri raksasa yang pada akhirnya menjadi kunci penting Ottoman Turki meruntuhkan kekasiaran Bizantium yang tangguh.
Bombard adalah senjata besar dengan yang terbesar memiliki berat 20 ton atau lebih. Senjata yang lebih kecil selama periode itu disebut sebagai meriam. Para Bombard diangkut dengan kereta besar ke lokasi pengepungan tempat para teknisi memindahkan mereka dengan crane ke platform atau bingkai kayu. Gerbong beroda tidak akan mampu membawa raksasa ini.
Setelah kematian ayahnya, Sultan Murad II pada tahun 1451, Sultan Muhammad II mulai membuat persiapan untuk merebut Konstantinopel, benteng terakhir dan terkuat dari Kekaisaran Bizantium. Dia membayar seorang warga Hungaria bernama Urban untuk mengawasi produksi bom dan meriam untuk kampanyenya melawan tentara Kaisar Bizantium Constantine XI di Konstantinopel.
Bombard terbesar yang dibuat untuk pengepungan adalah senjata perunggu sepanjang 27 kaki yang menembakkan bola batu seberat 1.500 pon. Urban mengawasi pembuatan 70 bombard dan meriam khusus untuk pengepungan.
Dinding-dinding Konstantinopel telah bertahan dari 20 pengepungan sebelumnya, tetapi pengeboman yang dilakukan Muhammad II akan memberi keuntungan besar bagi Ottoman.
Agar artileri abad ke-15 efektif, ia harus menggunakan bubuk mesiu yang terbuat dari sendawa murni. Sendawa murni dicampur dengan belerang dan arang untuk membuat bubuk mesiu. Bahan-bahan dalam bubuk mesiu yang digunakan untuk bombard cenderung terpisah selama perjalanan ke medan perang, sehingga para kru mengangkut bahan-bahan secara terpisah dan mencampurnya di lokasi.
Bombard ini memiliki rentang hingga 1.000 yard. Namun, untuk menghindari ledakan, awak menggunakan amunisi bubuk yang lebih kecil. Ini berarti menembak dari jarak 200-250 yard. Lapisan kayu melindungi kru dari pemanah musuh.
Para awak bombardir memasang balok-balok kayu atau balok-balok di belakang raksasa ini dalam upaya untuk menahan serangan balik. Rekoil ledakan memang luar biasa dan secara rutin menghancurkan balok di belakangnya. Setelah setiap penembakan, kru memperbaiki kerusakan pada balok dan platform penembakan. Proses tembak dan pasang ini membuat pengebom terbesar tidak dapat menembak lima kali sehari.
Bombard di pertengahan abad ke-15 terbuat dari perunggu. Meskipun jauh lebih murah untuk membuat bombardir besi, senjata semacam itu memiliki risiko meledak jauh lebih tinggi.
Bola batu untuk bombard terbuat dari batu kapur dan membuatnya membutuhkan proses yang memakan waktu karena harus dihaluskan dan dibulatkan dengan tangan. Namun, senjata kaliber kecil di pertengahan abad ke-15 sudah menggunakan bola besi. Baru pada akhir abad itu pabrikan mampu menyempurnakan produksi bola besi cor. Bola besi cor lebih padat dari bola batu dan menyebabkan kehancuran yang lebih besar.
Bombard Sultan Muhammad II memberinya keunggulan yang menentukan dalam pengepungan Konstantinopel tahun 1453. Namun kemenangan Utsmani berhutang banyak pada kegigihan para serdadu Turki dan juga para bombard.
Sumber: Warfare History Network