Angkatan Udara Jepang kehilangan kontak dengan sebuah jet tempur F-2 mereka yang sedang terbang di lepas pantai Prefektur Yamaguchi Rabu 20 Februari 2019.
NHK melaporkan kontak hilang ketika pesawat tempur melakukan penerbangan pelatihan. Jet tersebut ditugaskan ke lapangan udara Tsuiki, yang terletak di Prefektur Fukuoka.
Menurut Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya, kedua kru yang ada di pesawat masih hidup. “Mengenai dua awak pesawat tempur F-2 Pasukan Bela Diri Jepang yang menghilang dari radar, ternyata mereka masih hidup,” kata menteri itu kepada parlemen negara tersebut. Namun, Iwaya belum memberikan detail lain dari insiden tersebut.
F-2 adalah hasil dari program FSX, proyek bersama Jepang-Amerika untuk mengembangkan pesawat tempur multi-peran.
Sebuah kerjasama antara Mitsubishi dan Lockheed, F-2 mengambil dasar F-16 dengan desain lebih besar. Pesawat mencakup area sayap 25% lebih besar, mesin F110 GE, dan J /APG-1 Jepang yang merulakan radar active electronic scanning array pertama yang diinstal di jet tempur.
Pesawat ini dipersenjatai dengan infra-red guided air-to-air missiles Mitsubishi AAM-3 dan AAM-5 (mirip dengan AIM-9 Sidewinder) dan radar-guided air-to-air missile AAM-4 (mirip dengan AIM-7 Sparrow.) F-2 juga bertugas dengan misi anti-invasi, dan mampu membawa hingga empat rudal anti kapal ASM-2. Sebuah meriam Gatling M61 20 milimeter.
Harga per unit dari F-2 sangat mengejutkan yakni US$ 171 juta atau empat kali lipat dibandingkan F-16C Blok 50/52. Sementara F-2 tidak empat kali lebih efektif dibandingkan F-16.
Tetapi keuntungan besar yang diraih Jepang dan tidak bisa dinilai dengan uang adalah kesempatan bagi industri kedirgantaraan Jepang untuk bekerja pada program pesawat tempur.