Sebuah survei baru-baru ini menemukan bahwa 57 persen orang Amerika, termasuk 69 persen veteran militer, mengatakan mereka mendukung keputusan presiden untuk menarik semua pasukan dari Afghanistan.
Tetapi para elit kebijakan luar negeri Washington terutama dari kelompok neokonservatif, pendukung perang atau defense hawks, dan intervensionis liberal menolak gagasan semacam itu.
Richard Hass, presiden Dewan Hubungan Luar Negeri atau Council on Foreign Relations, mengatakan “Memenangkan perang atau menegosiasikan perdamaian abadi adalah pilihan nyata di Afghanistan. Pergi begitu saja, seperti yang akan kita lakukan di Suriah, akan menjadi kesalahan. ”
Haas mengakui Amerika menghabiskan US$ 45 miliar per tahun untuk perang yang menurutnya tidak dapat dimenangkan, tetapi percaya Amerika harus menghabiskan lebih banyak lagi.
Charles V. Peña, peneliti senior di Defense Priorities dalam tulisannya di National Interest 23 Januari 2019 menyebutkan data lain. Berdasarkan laporan yang diterbitkan tahun lalu oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional menyimpulkan bahwa Overseas Contingency Operations (OCO) Departemen Pertahanan Amerika mendanai konflik Afghanistan dari tahun 2001 hingga 2018 lebih dari US$ 840 miliar.
Namun, sebuah perkiraan biaya perang lebih dari $ 1 triliun hingga saat ini dan perkiraan lain pengeluaran total perang untuk Afghanistan sekitar $ 2 triliun ketika biaya terkait perang lainnya dimasukkan.
“Dengan utang nasional Amerika sebesar US$ 21 triliun dan terus bertambah dengan hampir sepertiga dimiliki oleh investor asing dengan China sebagai pemegang asing terbesar, Washington tidak mampu untuk terus menghabiskan uang untuk perang yang tidak dapat dimenangkan oleh Amerika juga mempertaruhkan nyawa tentara Amerika,” tulis Peña.
Haas benar bahwa Amerika Serikat tidak dapat memenangkan perang. FM3-24, sebuah manual perang kontra pemberontakan milik Angkatan Darat Amerika menyebutkan
“20 pasukan kontra-pemberontakan per 1.000 penduduk sering dianggap sebagai kepadatan pasukan minimum yang diperlukan untuk operasi COIN [counterinsurgency] yang efektif.”
Dengan populasi lebih dari 33 juta, akan membutuhkan kekuatan 660.000 pasukan atau lebih dari seluruh personel aktif Angkatan Darat Amerika.
Menurut laporan triwulanan terbaru Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction (SIGAR) wilayah Afghanistan yang dibawah kendali Taliban diperkirakan masih dihuni 11,6 juta warga Afghanistan. Dengan data ini berarti masih dibutuhkan 232.000 pasukan.
“Sulit untuk melihat bagaimana 14.000 atau 7.000 tentara Amerika dapat mencapai apa yang tidak bisa dilakukan oleh lebih dari 100.000 orang,” kata Haas.
Dan ketika Haas mengatakan bahwa menegosiasikan perdamaian abadi yang dia maksudkan adalah menegosiasikan perdamaian yang meninggalkan pemerintahan yang bersahabat dan demokratis , tanpa pengaruh Taliban serta dirancang dan dibangun oleh Amerika.
Syarat utama adalah , pemerintah Afghanistan harus paham bahwa Amerika Serikat tidak akan mentolerir dukungan atau melindungi kelompok teroris global mana pun yang mampu menyerang dan mengancam langsung keamanan Amerika Serikat.
Kenyataannya adalah Taliban bukanlah ancaman langsung terhadap keamanan nasional Amerika dan ancaman teroris Al Qaeda dan ISIS di Afghanistan bukanlah ancaman langsung dan eksistensial terhadap tanah air Amerika.
Jadi, Afghanistan bukan hanya perang yang tidak bisa dimenangkan oleh Amerika, tetapi perang yang tidak harus dimenangkan oleh Amerika.
Haas dengan ragu menyatakan bahwa “Afghanistan dapat kembali menjadi tempat di mana teroris melatih rekrutmen dan merencanakan serangan terhadap kepentingan Amerika di seluruh dunia dan terhadap Amerika sendiri.”
Namun kemudian mengakui bahwa “hanya akan sedikit berbeda dari tempat lain di mana teroris dapat beroperasi tanpa gangguan. “
Penting untuk dipahami bahwa ancaman teroris adalah tentang ideologi, bukan wilayah. Rencana teroris dapat ditetaskan dan dilakukan dari mana saja di dunia dan tidak harus dari negara yang dianggap bermusuhan dengan Amerika.
Operasi penting dalam serangan teroris 9/11 adalah bagian dari sel Hamburg di Jerman. Dan 15 dari 19 pembajak adalah warga negara Arab Saudi, negara yang bersahabat dengan Amerika Serikat.
Tetapi Haas menegaskan keluar dari Afghanistan akan semakin meragukan kesediaan Amerika untuk mempertahankan peran utama di dunia dan akan memunculkan banyak pertanyaan di kalangan sekutu Amerika. Mereka akan bertanya-tanya apakah mereka mungkin menjadi mitra Amerika berikutnya yang akan ditinggalkan.
”Tetapi tanggung jawab utama Amerika adalah keamanan nasionalnya. Komitmen Amerika untuk sekutu didasarkan pada kepentingan bersama. Washington seharusnya tidak mempertaruhkan nyawa tentara Amerika demi sekutu dan kepentingan mereka jika kepentingan itu tidak sesuai dengan kepentingan Amerika,” kata Haas.
“ Dan bukan kepentingan Amerika untuk sekadar mendukung sekutu jika keamanan nasional Amerika tidak dipertaruhkan.”
Di sisi lain terus berada di Afghanistan sebenarnya menempatkan Amerika Serikat pada risiko yang lebih besar. Penjajah menimbulkan kebencian di antara penduduk, seperti halnya di Amerika, membuatnya lebih mudah untuk merekrut pemberontak dan menargetkan penjajah.
Selain itu, ini akan menjadi bagian dari narasi kelompok garis keras di seluruh dunia dan motivasi untuk menyerang Amerika Serikat. Penting untuk diingat bahwa alasan utama Osama Bin Laden untuk menyerang Amerika adalah kehadiran pasukan Amerika di Arab Saudi.
Satu hal yang Haas miliki adalah mendorong enam tetangga langsung Afghanistan yang meliputi China dan Iran serta Pakistan dan aktor-aktor lain, termasuk Rusia, India, dan Uni Eropa yang memiliki kepentingan di masa depan negara itu untuk mengambil yang lebih besar tanggung jawab.
“Amerika harus merasa kesal tentang mengapa mereka masih ada di sana setelah lebih dari 17 tahun berjuang dalam perang yang tidak bisa dimenangkan,” tulis Peña.