Kurangi Separuh Kekuatan di Suriah, Inggris Tarik Pulang Delapan Tornado
Tornado Inggris

Kurangi Separuh Kekuatan di Suriah, Inggris Tarik Pulang Delapan Tornado

Angkatan Udara Inggris atau Royal Air Force (RAF) berencana menarik delapan jet tempur Tornado GR4 mereka yang digunakan dalam operasi di langit Suriah dan Irak.

Daily Mail melaporkan sebanyak enam jet Eurofighter Typhoon dan hingga 10 drone MQ-9 Reaper akan tetap ditempatkan di wilayah Timur Tengah tersebut.

Awalnya, RAF berencana untuk mengganti Tornado yang menua dengan jet yang lebih baru pada Maret 2019, tetapi menurut Daily Mail, mengutip sumber anonim di pasukan pertahanan Inggris, penarikan Amerika dari Suriah telah membuat mereka berubah pikiran.

Selain itu, Tyhoon yang tersisa juga telah menjalani peningkatan hingga mampu membawa bunker buster Storm Shadow dan rudal udara ke darat Brimstone.

Sebuah sumber anonim di RAF  mengatakan kepada Daily Mail bahwa peningkatan Typhoon juga menunjukkan kepada pemerintah Suriah bahwa Inggris memiliki kemampuan untuk menyerang fasilitas militer negara itu. “Jangan berpikir karena Tornado ditarik pulang pertempuran akan berhenti,” kata sumber tersebut sebagaimana dilaporkan Daily Mail Senin 22 Januari 2019.

Tornado telah menjadi salah satu tulang punggung RAF sejak pertama kali memasuki dinas pada tahun 1980. Pesawat ini dibangun untuk misi serangan darat dan pengintaian.

Jet-jet itu telah terbang misi hampir setiap hari melawan ISIS sejak 2014 sebagai bagian dari Operasi Shader. “Inggris tetap berkomitmen penuh untuk memerangi ISIS  dan pensiunnya Tornado tidak akan mengarah pada pengurangan kemampuan kontribusi RAF untuk koalisi global,” kata juru bicara RAF.

Inggris bersama dengan Prancis, dan Amerika melakukan serangan udara besar-besaran ke Suriah pada 14 April 2018 sebagai tanggapan terhadap serangan kimia di Douma, yang diduga dilakukan oleh Damaskus.

Laporan tentang kemungkinan pengurangan pasukan RAF yang beroperasi di Suriah dan Irak datang setelah Amerika menarik pasukan mereka dari negara yang dilanda perang saudara tersebut. Pada Desember 2018 Presiden Amerika Donald Trump menyatakan pada saat itu bahwa pasukan Amerika telah mencapai tujuan mereka menghancurkan ISIS dan hingga bisa kembali ke rumah.