Upaya terakhir Washington untuk memblokir rencana Turki mengakuisisi sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia gagal setelah Turki menolak penawaran rudal Patriot. Kegagalan itu dikarenakan Amerika menolak untuk memberi diskon dan transfer of technology (TOT) pada kesepakatan yang diperkirakan akan mencapai US$ 3,5 miliar atau hampir Rp50 triliun tersebut.
Surat kabar Turki Yeni Şafak dan dikutip JejakTapak melaporkan Sabtu 5 Januari 2019 sebelum membuat keputusan akhir tentang penawaran yang diusulkan, Ankara menuntut kesepakatan termasuk diskon dan transfer teknologi.
Surat kabar itu menulis kesepakatan S-400 dengan Rusia jauh lebih murah dibandingkan dengan tawaran yang diajukan Washington bahkan hanya sepertiganya.
Amerika sebelumnya berusaha menekan Turki dengan memblokir pengiriman jet F-35 yang Ankara menjadi bagian dalam program pesawat siluman tersebut.
Washington pada Kamis 3 Januari 2019 menegaskan Turki harus membatalkan pesanan sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia dengan imbalan Patriot buatan Amerika.
Tawaran itu diberikan dalam pertemuan pejabat pertahanan dan menteri luar negeri kedua negara di Ankara. Pertemuan menetapkan pembatalan kesepakatan S-400 dengan Rusia sebagai prasyarat bagi Washington memasok sekutu NATO-nya dengan sistem pertahanan rudal Patriot.
Rusia dan Turki menandatangani kontrak pengiriman sistem pertahanan udara S-400 pada tahun 2017 dengan pengiriman diperkirakan akan dimulai pada Oktober 2019.
S-400 adalah sistem rudal jarak jauh anti-pesawat Rusia yang paling canggih, dengan kemampuan untuk membawa tiga jenis rudal yang mampu menghancurkan target, termasuk rudal balistik dan jelajah.
Pada Desember 2018 lalu, Departemen Luar Negeri Amerika menyetujui kemungkinan penjualan sistem pertahanan rudal ke Turki dengan perkiraan total US$ 3,5 miliar. Penjualan meliputi 80 Patriot MIM-104E Guidance Enhanced Missiles (GEM-T) missiles, 60 PAC-3 Missile Segment Enhancement (MSE) misiles dan peralatan terkait.