Presiden Donald Trump secara mengejutkan mulai menarik sepenuhnya pasukan Amerika Serikat dari Suriah. Trump juga menyatakan kemenangan mereka dalam tugas mengalahkan ISIS dan tidak lagi diperlukan di negara itu.
Keputusan menarik sepenuhnya itu, yang dipastikan pejabat Amerika Serikat Rabu 19 Desember 2018, bertepatan dengan sekitar 2.000 tentara Amerika menyelesaikan gerakan merebut kembali wilayah yang dikuasai petempur ISIS.
Tapi, Amerika Serikat dapat meninggalkan beberapa pilihan untuk mencegah kebangkitan ISIS. Itu juga dapat melemahkan pengaruh Amerika di kawasan tersebut dan merusak upaya diplomatik untuk mengakhiri perang saudara Suriah, yang sekarang berada di tahun kedelapan.
Berita tentang penarikan penuh itu memicu kritik langsung dari beberapa rekan Trump di Republiken, yang mengatakan bahwa langkah tersebut memperkuat cengkeraman Rusia dan Iran, yang keduanya mendukung Presiden Suriah Bashar al Assad.
Itu juga dapat menyebabkan keterpaparan persekutuan petempur Kurdi dan Arab, yang dikenal dengan Pasukan Demokratik Suriah atau SDF, yang paling kuat melawan ISIS tapi berada di bawah ancaman karena Turki melancarkan serangan baru di Suriah.
Pejabat Amerika kepada Reuters, yang berbicara dengan syarat namanya tidak disebutkan mengatakan Komandan Amerika di lapangan yang mengembangkan hubungan kuat dengan pemimpin SDF, menyuarakan keprihatinan tentang penarikan cepat pasukan dukungan Amerika dan terkejut oleh keputusan itu.
“Kami mulai memulangkan pasukan Amerika Serikat karena kami beralih ke tahap berikut dari upaya itu,” kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders dalam pernyataan, yang dikeluarkan sesudah Trump di Twitter mengatakan, “Kami mengalahkan ISIS di Suriah, satu-satunya alasan saya berada di sana.”
Gedung Putih menolak memberikan waktu untuk penarikan dan tidak memastikan secara nyata bahwa Trump memerintahkan penarikan penuh. Pejabat Amerika menegaskan keputusan itu kepada Reuters, namun dengan syarat namanya tidak disebutkan.
Pejabat Amerika menyatakan Washington bertujuan menarik pasukan dalam 60 hingga 100 hari dan mengatakan Departemen Luar Negeri AS menarik semua petugasnya di Suriah dalam 24 jam. Pejabat kedua menyatakan mereka dapat pergi lebih cepat.
Trump mewaspadai perang asing terbuka dan keputusannya tentang Suriah menimbulkan pertanyaan tentang apakah ia mempertimbangkan kembali perang AS di Afghanistan, tempat pasukan Amerika Serikat berperang sejak 2001.
Trump dengan enggan menyetujui peningkatan pasukan pada tahun lalu, tapi pejabat AS secara pribadi mengakui rasa penting dan semakin memusatkan perhatian untuk mencapai kesepakatan perdamaian dengan Taliban, yang bangkit.
Beberapa sekutu Republiken Trump di Kongres mencela keputusan penarikan itu. Senator Amerika Lindsey Graham, yang sering menjadi sekutu Trump tapi secara umum garang dalam kebijakan luar negeri, menyatakan penarikan akan berdampak menghancurkan bagi Amerika Serikat di kawasan tersebut dan di seluruh dunia.
“Penarikan Amerika Serikat pada saat ini akan menjadi kemenangan besar ISIS, Iran, Bashar al Assad dari Suriah, dan Rusia,” kata pernyataan Graham.