Amerika menggunakan pesawat OC-135 untuk misi Open Skies yakni penerbangan pengawasan fasilitas militer di berbagai negara di Eropa termasuk Rusia. Sayangnya OC-135 adalah salah satu pesawat tertua di militer Amerika.
Angkatan Udara memesan kedua airframes tersebut pada tahun 1961 dan mengubah mereka menjadi pesawat pengintai OC-135 tak lama setelah Washington dan Moskow menandatangani Perjanjian Open Skies pada tahun 1992.
Perjanjian ini memungkinkan 34 negara anggota, termasuk Amerika Serikat dan Rusia, untuk terbang di atas wilayah masing-masing untuk memotret instalasi militer dan memverifikasi kepatuhan terhadap perjanjian pembatasan senjata.
Selama masa krisis, pemerintah penandatangan secara hukum dapat melakukan penerbangan “luar biasa” atau extraordinary dengan pemberitahuan singkat. Hal ini dilakukan Amerika beberapa waktu lalu setelah terjadi krisis di Laut Azov di mana Rusia menahan tiga kapal milik Angkatan Laut Ukraina.
Namun karena sudah tua, kerap kali pesawat menghadapi masalah dalam menjalankan misi. Bahkan pernah gara-gara toiletnya bermasalah misi penerbangan pengawasan terpaksa dibatalkan.
Hal itu terungkap dalam laporan perawatan Angkatan Udara yang diungkap George Sarris, seorang whistleblower dan mantan mekanik OC-135 di Pangkalan Udara Offutt di Nebraska. Disebutkan OC-135 dengan nomor seri 61-2670 telah mengalami masalah berulang dengan toiletnya, termasuk cairan sanitasi yang meluap, tabung kencing yang bocor dan pintu yang tidak bisa ditutup.
Laporan perawatan nomor 161230088, tertanggal 2 Mei 2016, menyebutkan “kebocoran berlebihan” di kamar kecil memaksa awak OC-135 membatalkan misi sebelum lepas landas. “Bayangkan kondisi ini terjadi ketika adanya alasan keamanan internasional untuk exstraordinary pada Desember 2018,” kata George Sarris kepada National Interest 11 Desember 2018.
Sarris mengatakan baik 61-2670 dan pesawat adik 61-2672 tidak dapat diandalkan. Mengutip catatan periode Agustus 2015 hingga Juli 2016, dalam jangka waktu itu, OC-135 61-2670 terbang 35 kali dan rusak 16 kali dengan tingkat kegagalan 45,7 persen. Sedangkan OC-135 61-2672 terbang 97 serangan dan rusak 20 kali dengan tingkat kegagalan 20,6 persen.
Partai Republik di Kongres selama bertahun-tahun mendesak untuk mencabut pendanaan operasi Open Skies sekaligus melarang Rusia terbang di atas Amerika.
“Perjanjian Open Skies tidak menguntungkan Amerika Serikat,” kata seorang Komite Angkatan Bersenjata Senat dalam kondisi anonimitas kepada National Interest.
Pentagon dan Departemen Luar Negeri Amerika tidak setuju karena melihat penerbangan Open Skies sebagai sarana penting untuk mengumpulkan intelijen dan menandakan penyelesaian Amerika. “Kami berdiri dengan Ukraina melawan aktivitas provokatif dan mengancam Rusia di Laut Azov,” kata Departemen Luar Negeri dalam tweetnya yang mengumumkan misi OC-135 pada 6 Desember 2018.
Kingston Reif, Direktur Kebijakan Pelucutan Senjata dan Pengurangan Ancaman Senjata di Arms Control Association Washington, D.C juga mengatakan penerbangan Open Skies pimpinan Amerika sebelumnya di atas Ukraina dan Rusia barat pada 2014 “menghasilkan data berharga.”
Tapi, Partai Republik, tampaknya memiliki kesamaan dengan Donald Trump yang ingin merobek perjanjian internasional hingga menolak permintaan Angkatan Udara dalam anggaran 2018 sebesar US$ 430 juta untuk mulai menggantikan OC-135 dengan pesawat yang lebih baru dan lebih andal. Namun Senat Amerika memulihkan pendanaannya.
Pada Januari 2019, Partai Demokrat akan mengambil alih kendali Kongres untuk pertama kalinya dalam delapan tahun setelah memenangkan jumlah kursi bersejarah selama pemilihan paruh waktu 2018. Perubahan dalam kendali pihak bisa memudahkan Angkatan Udara untuk mempertahankan dan meningkatkan pesawat Open Skies-nya.