Meski sejumlah pejabat mengkritik dan mengecam pengiriman dua bomber nuklir Tu-160 Blackjack ke Venezuela, ada juga diplomat Amerika Serikat yang menanggapinya dengan sinis. Menurutnya, pengiman bomber yang juga berjuluk White Swan itu tidak bisa dianggap sebagai misi provokasi karena memang pesawat itu tak layak untuk ditakuti.
Duta Besar AS untuk Kolombia Kevin Whitaker dalam sebuah wawancara dengan Radio RCN mengatakan, pesawat pembom strategis Tu-160 merupakan platform tua yang bahkan bisa disebut sebagai benda museum.
“Tu-160 yang baru-baru ini tiba di Venezuela adalah bukan provokasi karena pesawat-pesawat tua itu sebenarnya adalah benda-benda museum,” kata Whitaker.
Dia menuduh bahwa Moskow mengirim semacam pesan dengan mengirim kembali para pengebom ke Venezuela, tetapi sebenarnya hal itu tidak ada manfaatnya sama sekali.
Dua pembom strategis Tu-160 Rusia tiba di Venezuela pada 10 Desember untuk melakukan latihan interoperabilitas dengan Angkatan Udara Venezuela. Menteri pertahanan Venezuela menjelaskan bahwa penerbangan gabungan dengan pesawat Rusia ditujukan untuk melatih Venezuela untuk melindungi diri dari agresi.
Pembom Tu-160 sendiri telah meninggalkan Venezuela pada Jumat 14 Desember 2018. “Dengan lepasnya Tu-160White Swan, kami mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman kami dari Federasi Rusia, dengan siapa kami berbagi pengalaman dan memiliki pertukaran operasional,” kata Angkatan bersenjata Venezuela melalui Twitter.
Sedangkan Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino Lopez mengatakan bahwa kedua negara akan terus menciptakan “tim persaudaraan yang produktif dan energik serta kerjasama yang efektif.”
Tupolev Tu-160 merupakan pesawat supersonik terbesar dengan rentang 55m dan dikembangkan pada awal 1980-an dan ditugaskan pada tahun 1987. Jet ini mampu mencapai kecepatan 2 Mach dan terbang hingga 12.300 km tanpa pengisian bahan bakar.
Tu-160 juga dapat membawa hingga 40.000 kg persenjataan, termasuk enam rudal jelajah Raduga atau 12 Kh-15.
Meski tua Tu-160 menerima upgrade besar-besaran pada tahun 2005 yang kemudian disebut sebagai Tu-160M2. Tidak hanya menerima mesin baru, pesawat juga mendapatkan avionic dan sistem elektronik yang lebih canggih serta lapisan baru berdasarkan teknologi siluman.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengecam pengiriman bomber yang disebutnya sebagai tindakan pemborosan di tengah situasi ekonomi Venezuela yang sedang kacau. Menurutnya, rakyat Venezuela lebih membutuhkan bantuan kesehatan dan makanan daripada bomber.