Senjata ini beratnya hampir 11 pound lengkap dengan magazine berisi 30 amunisi. Senjata ini memuntahkan peluru kaliber .45 ACP dengan 450 putaran per menit, senjata mudah dioperasikan dan kompak.
Grease Gun juga bisa dibilang senjata sekali lagi. Sampai 1944, tentara dan Marinir yang memiliki M3 rusak selama pertempuran hanya melemparkan begitu senjata dan menarik senjata baru dari gudang senjata karena memang tidak ada pasokan suku cadang yang diproduksi kala itu. Tidak heran jika senjata ini juga dijuluki “the poor man’s Tommy Gun.” Atau senjata Tommy si orang miskin
Namun, tentara tidak mau menerimanya pada awalnya. M3 memiliki beberapa masalah awal dengan pegangan miring yang menyulitkan. Tetapi pada tahun 1944 pegangan miring tersingkir dan ditambahkan dengan flash hider yang kemudian dikenal dengan M3A1. Setelah itu mereka menemukan kekuatannya sendiri. Tentara dan Marinir akhirnya memiliki perasaan semacam benci tapi rindu dengan senjata ini.
Itu tidak hanya digunakan selama Perang Korea tetapi juga oleh AS dan pasukan Vietnam Selatan selama Perang Vietnam. Pilot helikopter AS sering membawa satu di cockpits sempit mereka karena itu lebih kecil daripada M16 dan menawarkan kemampuan lebih dibandingkan pistol.
Senjata ini juga sempat menjadi bintang dalam film Bad Boys “The Dirty Dozen.” Dalam satu adegan terkenal, Lee Marvin menembakkan Grease Gun. Sepanjang film, M3 dibawa oleh sebagian besar orang yang terlibat pertempuran. Bisa jadi karena M3 adalah senjata yang paling mudah dan paling murah untuk pembuat film mendapatkan.
Terakhir kali Grease Gun pergi berperang selama Desert Storm 1991. Awak tank membawa mereka sebagai senjata cadangan. Dengan demikian senjata ini masih ikut bertempur setelah hampir 50 tahun sejak pertama kali diperkenalkan untuk menghemat uang dan membunuh Nazi.