Politik Barat diwarnai oleh konflik yang selalu canggung dan terkadang membuat ngeri. Di satu sisi, para pemimpinnya penuh dengan semangat yang berkobar-kobar. Mereka memperingatkan bahwa hari-hari perdamaian telah berakhir. Dan mereka sekarang perlu bersiap untuk perang total.
Di sisi lain jelas sekali bahwa tidak ada seorang pun yang peduli. Di seluruh Eropa dan Amerika, para politisi kini secara terbuka mendesak masyarakatnya untuk merasakan patriotisme yang benar dan menjawab panggilan tugas. Namun semua tampaknya tidak menghasilkan apa-apa. Militer brat menyusut karena kurangnya rekrutmen.
Jajak pendapat menunjukkan ketidaktertarikan besar-besaran dalam memperjuangkan kemerdekaan. Raja dan Negara, khususnya kaum muda tetap tidak tergerak sama sekali. Bahkan di Ukraina yang sedang dilanda konflik , para pemuda memilih menghindari wajib militer dan malah pergi ke clubbing.
Bagaimana keadaan ini bisa terjadi? Kebanyakan analisis dimulai dan diakhiri dengan sedikit kekhawatiran mengenai kemerosotan moral generasi muda. Tetapi ini tidak menjelaskan banyak hal. Ada banyak sekali keluhan mengenai keadaan menyedihkan generasi muda di akhir abad ke-19. Namun hal tersebut tidak berarti kurangnya patriotisme dan ketidaktertarikan masyarakat dalam membela negara.
Mungkin yang lebih berguna adalah model yang diberikan oleh sejarawan Inggris Arnold Toynbee. Sosok yang karya hidupnya memetakan siklus hidup kerajaan manusia. Secara khusus ada satu konsep yang menarik di sini. Yakni gagasan tentang proletariat internal. Mereka sekelompok orang yang cenderung bertambah jumlahnya ketika kerajaan mulai mengalami stagnasi dan kemunduran.
Proletariat internal bukanlah istilah Marxis. Baik Marx maupun Toynbee mengambil kata “proletariat” dari kata proletariat Romawi . Nama kelas penduduk kota termiskin. Dalam model Toynbee istilah ini mengacu pada sekelompok warga negara yang tinggal di dalam sebuah kerajaan. Namun karena berbagai alasan struktural, mereka tidak lagi mendapatkan manfaat dari wilayah itu. Sehingga kecil kemungkinannya untuk terburu-buru melakukan pembelaan terhadap wilayah tersebut.
Hal inilah yang terjadi di Roma. Kekaisaran mulai mengalami masa-masa sulit. Kemerosotan ekonomi berbasis perbudakan mulai melanda. Juga pajak yang tinggi dan kekurangan tenaga kerja yang parah. Semua faktor itu bersekongkol untuk membuat kewarganegaraan Romawi semakin tidak istimewa. Begitu kaum barbar datang, banyak yang enggan melakukan perlawanan.
Untuk informasi selengkapnya simak tayangan berikut: