Segitiga Kekuatan Besar: Washington, Moskow, Peking. Ini ini adalah judul buku luar biasa yang diterbitkan pada tahun 1972 oleh Michel Tatu. Seorang spesialis Uni Soviet dan jurnalis untuk harian Prancis Le Monde .
Melihat kembali judul ini hari ini, kita bisa bertanya-tanya apa dampak perang di Gaza terhadap segitiga khusus ini. Konflik antara Hamas dan Israel adalah sebuah zero-sum game (permainan yang tidak menguntungkan pihak lain).
Israel hanya bisa menang jika bisa menyingkirkan Hamas dari persaingan untuk selamanya. Namun hal ini tidak berlaku bagi Washington, Moskow, dan Beijing. Dengan cara yang berbeda mereka bisa menjadi lebih kuat setelah konflik ini.
Sejak 7 Oktober, Amerika telah kembali ke Timur Tengah. Komitmen militernya, yang dilambangkan dengan kehadiran dua kapal induk, sungguh spektakuler.
Keragu-raguan Barack Obama pada bulan September 2013, ketika ia memutuskan untuk tidak menerapkan garis merah yang ia buat sendiri di Suriah, sudah dilupakan. Tentu saja, Israel adalah sekutu besar terakhir Amerika yang tersisa di kawasan. Washington tidak bisa “kehilangan” Tel Aviv, karena baik Kairo maupun Riyadh bukanlah mitra yang dapat diandalkan sepenuhnya.
Israel kekuatan militer regional yang terkemuka ternyata jauh lebih rentan dari yang diperkirakan. Mereka membutuhkan Amerika Serikat sama seperti Amerika membutuhkannya. Joe Biden mengambil pelajaran ganda dari kesalahan negaranya dalam mengambil tindakan di Suriah pada tahun 2013, dan penarikan diri dari Afghanistan yang secara strategis dan simbolis merupakan bencana besar pada tahun 2021.
Untuk informasi selengkapnya simak tayangan berikut: