Pada 20 tahun lalu, atau tepatnya pada 1 Mei 2003, Presiden Amerika Serikat saat itu George W Bush mengumumkan berakhirnya operasi tempur besar di Irak.
Sebuah spanduk raksasa di belakangnya dengan penuh kemenangan meneriakkan, “Misi Selesai”. Enam minggu sebelumnya, Amerika telah menginvasi negara Timur Tengah itu secara ilegal.
Namun itu bukanlah akhir dari invasi Amerika. Melainkan awal dari perlawanan panjang dan berdarah serta pemberontakan bersenjata.
Pendudukan Amerika yang berlangsung selama delapan tahun menciptakan gempa susulan yang mengakibatkan ketidakstabilan regional. Dan menyebabkan ratusan ribu orang Irak tewas. Begitu banyak sehingga tidak ada yang bisa menghitung secara pasti.
Seperti koalisi pimpinan Amerika di Irak saat itu, pemerintah Rusia memperkirakan invasinya ke Ukraina pada 2022 akan berakhir dengan kemenangan yang cepat dan menentukan.
Tertipu oleh rasa tidak terkalahkannya sendiri, tentara Rusia memasuki Ukraina seolah-olah berparade. Namun barisan panjang kendaraan itu menjadi sasaran empuk rudal Javelin buatan Amerika.
Mereka diperkirakan akan berbaris melalui jalan-jalan Kyiv dalam beberapa hari. Tetapi setahun kemudian Rusia tetap terjebak dalam perang yang berkepanjangan dan berdarah.
Jadi, apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya mengulangi kesalahan—dan bagi banyak orang, kejahatan—dari Bush di Irak 20 tahun lalu? Seberapa banyak kesamaan dari kedua invasi yang menentukan zaman ini? Apa pula perbedaannya?
Simak informasi selengkapnya dalam tayangan berikut: