Seruan Presiden Prancis Emmanuel Macron agar Eropa mengurangi ketergantungannya pada Amerika Serikat menyebabkan amukan transatlantik. Situasi yang menggambarkan menyatukan Eropa adalah hal yang sangat sulit.
Negara-negara Eropa barat cenderung setuju dengan pernyataan Macron. Charles Michel, Presiden Dewan Eropa Belgia menyiratkan bahwa posisi presiden Prancis mencerminkan pandangan beberapa pemimpin Eropa Barat. Termasuk di Jerman.
Tetapi di Eropa Timur situasinya berbeda., Mateusz Morawiecki, perdana menteri Polandia mengatakan untuk sebagian besar negara Eropa Tengah dan Timur (CEE), aliansi dengan Amerika Serikat adalah landasan mutlak keamanan .
Alih-alih membangun otonomi strategis dari Amerika, dia mengusulkan kemitraan strategis dengan Washington.
Sesungguhnya ini bukanlah perselisihan taktis atau bahkan strategis. Ini adalah dua visi dikotomis eksistensial.
Sebenarnya pembagian Eropa antara Timur-Barat telah menjadi salah satu paradigma geografis dan politik Eropa yang menentukan selama berabad-abad.
Berakhirnya Perang Dingin dan kemudian aksesi negara-negara Eropa Tengah dan Timur ke Uni Eropa lebih dari satu dekade kemudian, digembar-gemborkan sebagai kembalinya ke Eropa. Sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu oleh negara-negara pasca-Komunis.
Dipercaya secara luas bahwa proyek universalis Uni Eropa akan memuluskan perbedaan sosial dan budaya utama antara Barat dan Tengah serta Timur. Artinya Timur perlahan-lahan akan menjadi lebih seperti Barat.
Proyek hubristik dan bisa dibilang imperialistik seperti itu pasti akan gagal. Dan terbukti ketegangan dan kontradiksi dengan cepat menjadi jelas antara kedua Eropa.
Salah satu topik awal ketidaksepakatan mau tidak mau adalah masalah Rusia. Sejak mereka keluar dari kekuasaan Soviet, beberapa negara Eropa Tengah dan Timur terutama yang berada di perbatasan dengan Rusia tetap curiga terhadap niat geostrategis Moskow.
Simak selengkapnya dalam tayangan berikut: