Kurang dari tiga minggu lagi perang di Ukraina akan genap satu tahun. Namun operasi tempur darat terbesar Rusia sejak 1945 tersebut belum mencapai tujuan utamanya.
Tetap harus diingat tiga hal yang dicanangkan Vladimir Putin saat memulai serangannya ke Ukrainna pada 24 Februari 2022. Yang pertama adalah demiliteresasi Ukraina. Tujuan ini jelas belum tercapai mengingat militer Ukraina justru semakin kuat.
Yang kedua adalah denazifikasi. Meski tidak jelas yang dimaksud, denazifikasi mengarah pada apa yang disebut sebagai bataliyon Azov. Dan mereka masih bertarung di sejumlah tempat hingga saat ini.
Dan yang ketiga adalah netralitas abadi Ukraina. Tujuan ini pun jelas semakin jauh mengingat Ukraina semakin berada di sisi Eropa.
Ada banyak pihak dibuat bingung oleh kegagalan yang nyata ini. Bagaimana sebuah negara sebesar Rusia tidak atau belum mampu menaklukkan kekuatan tempur yang jelas lebih rendah setelah satu tahun.
Bahkan setelah ratusan ribu pasukan dikerahkan, hampir semua senjata dikerahkan kecuali nuklir, dan puluhan ribu tentaranya telah menjadi korban.
Kremlin mengatakan kesulitan mengalahkan Ukraina karena mereka pada dasarnya berperang melawan NATO.
Alasan itu ada benarnya. Mengingat NATO tidak mungkin tidak terlibat dalam perang ini. Tetapi bahwa aliansi itu terlibat secara langsung masih bisa diperdebatkan. Ukraina sejauh ini baru menjadi proksi dari Amerika dan Barat.
Mereka hanya mengirimkan senjata itupun dengan kualifikasi terbatas. NATO tidak terlibat langsung di Ukraina. Ini juga dibuktikan Rusia sejauh ini tidak menyerang ke negara-negara NATO.
Ancaman yang dia lontarkan di awal invasi bahwa jika ada negara yang ikut campur akan dibalas dengan sesuatu yang belum pernah ada dalam sejarahnya.
Intinya, Rusia selama satu tahun belum bisa mencapai tujuannya. Bahkan setelah Moskow mempersempit tujuannya dari menaklukkan seluruh Ukraina menjadi sebatas menguasai Donbas yang terdiri dari Dontesk dan Luhanks, serta dua daerah lain yakni Kherson dan Zaporizhia.
Simak selengkapnya dalam tayangan berikut:
