Site icon

Masa Depan Turkiye di NATO

Special operations police Turki

Turkiye kerap dianggap sebagai anggota pakta pertahanan atlantik utara atau NATO yang bandel. Ini memunculkan pertanyaan bagaimana masa masa depan negara tersebut dalam aliansi tersebut?

Sejarah hubungan Turkiye  dan NATO sudah berjalan panjang. Dan itu tidak lepas dari bagaimana dan kenapa NATO dibangun.

Kecemasan di antara kekuatan Barat atas Soviet di Eropa memuncak setelah Perang Dunia II sebagai akibat dari superioritas militer konvensional Uni Soviet yang luar biasa, keengganan Moskow untuk melucuti senjata setelah berakhirnya permusuhan, dan pembentukan pemerintahan satelit yang terikat dengan Moskow di Timur dan Eropa Tengah.

Menanggapi situasi ini kemudian NATO didirikan pada tahun 1949 untuk pertahanan kolektif dan kerjasama militer.

Pembukaan Perjanjian Atlantik Utara menegaskan komitmen NATO untuk menjaga demokrasi, dengan mengatakan bahwa para anggota, “bertekad untuk menjaga kebebasan, warisan bersama dan peradaban rakyat mereka, yang dibangun di atas prinsip-prinsip demokrasi, kebebasan individu dan supremasi hukum.

Selanjutnya, Pasal V menyatakan bahwa serangan terhadap satu anggota akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Dan setiap anggota wajib mengambil tindakan—termasuk tetapi tidak harus menggunakan kekuatan bersenjata untuk memulihkan perdamaian di wilayah perjanjian.

Masuknya Turki ke NATO terjadi dalam konteks penyebaran komunisme dan pengaruh Soviet di Eropa serta Perang Saudara Yunani yang sedang berlangsung.

Jika pasukan komunis Yunani menang, Turki akan berada di antara negara-negara yang didominasi Soviet di perbatasan timur dan baratnya. Akibatnya tidak akan mampu melawan tekanan Soviet di masa depan.

Pada tahun 1947,  Amerika menyetujui US$400 juta bantuan sipil dan militer untuk Yunani dan Turki sebagai implementasi awal dari Doktrin Truman yang ditujukan untuk mengekang pengaruh Soviet.

Simak selengkapnya dalam tayangan berikut:

Exit mobile version