Sejumlah pejabat senior Amerika mengaku kecewa sanksi kepada Rusia sejauh ini tidak memiliki dampak besar seperti yang mereka perkirakan sebelumnya.
Mereka memperkirakan paling cepat efek paling keras dari sanksi paling cepat baru akan terlihat di awal tahun 2023.
Harapan awalnyanya sanksi akan segera mematikan mesin perang Rusia di Ukraina sehingga menyulitkan Kremlin untuk mempertahankan upayanya di medan perang. Dan bahkan mungkin mengubah opini publik terhadap invasi ketika kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Rusia menjadi tidak nyaman.
Tetapi ekonomi Rusia telah terbukti jauh lebih tangguh daripada yang diperkirakan banyak pejabat tinggi pemerintahan Biden.
Ketika mereka mulai menghukum negara itu pada bulan Februari justru membuat kantong Rusia menggelembung. Ini efek dari kenaikan harga energy.
Menurut Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih Finlandia dalam 100 hari pertama perang, Rusia memperoleh rekor pendapatan 93 miliar euro dengan mengekspor minyak, gas, dan batu bara.
Ini setera dengan sekitar Rp1.400 triliun. Artinya rata-rata per hari Rusia mendapatkan keuntungan dari sektor energy sebesar Rp14 triliun.
Ekonomi Rusia memang masih menyusut sekitar 4% antara April dan Juni dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tetapi itu jauh dari perkiraan sejumlah pihak yakni sebesar 15%.
Seorang pejabat Amerika mengatakan mereka mengharapkan semua sanksi akan benar-benar merusak ekonomi Rusia. Tetapi hal itu belum terjadi. Apa yang dialami Rusia jauh dari yang diharapkan.
Pejabat senior Amerika lainnya mengungkapkan hal senada. Dia mengatakan banyak orang di pemerintahan Biden berharap melihat ekonomi Rusia lebih menderita sekarang.
Ini mengingat parahnya sanksi barat terkoordinasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Simak selengkapnya dalam tayangan berikut: