Ruang untuk netralitas geopolitik di seluruh Eropa telah menyusut sejak 24 Februari. Hari ketika Rusia mulai menginvasi Ukraina.
Arsitektur keamanan benua ini berkembang dan telah mendorong Swedia dan Finlandia untuk meninggalkan netralitas bersejarah mereka. Bahkan Swiss kini juga bergerak lebih dekat ke NATO.
Namun Austria terus duduk di dalam pagar rumahnya dan Wina tidak memiliki rencana untuk bergabung dengan NATO.
Austria adalah anggota Uni Eropa dan juga bermitra dengan NATO dalam berbagai kapasitas. Posisi ini menjadikan negara tersebut menjadi lebih terintegrasi ke dalam kerangka keamanan Uni Eropa.
Hampir enam bulan setelah perang Ukraina, tidak ada perdebatan serius di Austria tentang apakah akan bergabung dengan NATO. 80 persen orang Austria mendukung untuk tetap berada di luar aliansi Bara
Selain itu semangat netralitas tetap populer di kalangan politisi Austria di seluruh spektrum.
Pada 7 Maret, Kanselir Karl Nehammer seorang politisi konservatif mentweet bahwa netralitas Austria tidak untuk diperdebatkan.
Dan pemimpin Partai Sosial Demokrat Austria Pamela Rendi-Wagner berulang kali mengatakan netralitas Wina tidak bisa ditawar.
Wolfgang Pusztai, mantan atase pertahanan Austria kepada Al Jazeera mengatakan setelah pengalaman mengerikan dari dua Perang Dunia dan teror Nazi, netralitas berakar kuat dalam pola pikir penduduk Austria.
Setelah Perang Dunia II, pemenang perang membagi Austria di bawah zona pendudukan.
Kemudian pada tahun 1955, Amerika, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet menandatangani Perjanjian Negara Austria yang mengharuskan Austria untuk menyatakan netralitas permanen dan ada sebagai zona penyangga antara Barat dan Timur.
Simak selengkapnya dalam tayangan berikut: