Rusia telah memperoleh US$98 miliar atau sekitar Rp1.450 triliun (kurs Rp14.700) dari ekspor bahan bakar fosil selama 100 hari pertama perangnya di Ukraina. Uni Eropa tetap menjadi importir utama.
Laporan yang diterbitkan pada Senin oleh Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) yang berbasis di Finlandia datang ketika pasukan Rusia terus membuat kemajuan yang lambat namun pasti untuk sepenuhnya merebut wilayah Donbas di timur Ukraina.
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mengirim senjata dan uang tunai untuk membantu Ukraina guna menangkis kemajuan Rusia. Di samping itu Barat juga menghukum Moskow dengan sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Awal Juni ini, Uni Eropa setuju untuk menghentikan sebagian besar impor minyak Rusia, dan bertujuan mengurangi pengiriman gas hingga dua pertiga tahun ini.
Menurut laporan CREA, Uni Eropa mengambil 61 persen dari ekspor bahan bakar fosil Rusia selama 100 hari pertama perang. Ini senilai sekitar US$60 miliar atau sektiar Rp884 triliun.
Simak selengkapnya dalam tayangan berikut: