Hingga saat ini, pengganti pesawat tempur F-5E/F Tiger II belum kunjung hadir. Padahal Indonesia disebut setidaknya membutuhkan 64 pesawat buru sergap. Selain itu, Indonesia juga membutuhkan lebih banyak radar, rudal jarak menengah, serta jaringan data yang memadukan kontrol, komunikasi, intelijen, pengawasan, dan pengintaian.
Pemenuhan atas kebutuhan itu seturut perubahan doktrin dan situasi di kawasan penting untuk meningkatkan kapabilitas militer dan diplomasi pertahanan. Dampaknya signifikan pada kehadiran serta kemampuan suatu negara menjaga kedaulatan teritorial dan keamanan bernegara. Apalagi saat ini dan di masa depan konflik militer akan lebih banyak melibatkan alutsista yang kian kompleks, sulit diantisipasi karena mengombinasikan kecepatan, akurasi, sifat siluman, dan kecerdasan buatan.
Sifat perang menjadi lebih cepat, negara makin rawan terhadap serangan preemtif dan menuntut pengembangan kekuatan mobile dan efektif. Untuk menjawab tantangan itu, perlu dibangun sistem pertahanan terpadu, baik untuk mendeteksi, mengidentifikasi, mencegat, maupun melumpuhkan lawan. Untuk matra udara, penambahan pesawat tempur modern kian mendesak, terutama untuk menjaga perimbangan kekuatan dengan tetangga dan dalam konteks keunggulan udara.
Dari beragam pemberitaan, santer dikabarkan Indonesia tengah menjajaki pembelian F-15EX buatan Boeing, AS, dan Rafale besutan Dassault Aviation, Perancis. Indonesia juga telah menjalin kontrak dengan Rusia untuk pengadaan SU-35. Namun, ada pula pabrikan lain asal AS, yaitu Lockheed Martin yang konsisten menawarkan F-16 Viper.
Lantas apa yang paling pas untuk dibeli? Simak selengkapnya dalam tayangan berikut: