Di pulau kecil Changbiao di provinsi Fujian, Perusahaan Nuklir Nasional China sedang membangun dua reaktor nuklir misterius yang menarik banyak perhatian internasional.
Reaktor dijadwalkan akan menyala pada tahun 2023 dan 2026. Keduanya adalah tipe yang disebut China Fast Reactor 600 (CFR-600). Ini adalah reaktor jenis “breeder” atau pembiak. Ini berarti reaksi nuklirnya menghasilkan lebih banyak bahan bakar daripada yang digunakannya. Dan itulah yang membuat para ilmuwan dari seluruh dunia menggaruk-garuk kepala.
Tujuan sebagian besar pembangkit listrik tenaga nuklir adalah menggunakan bahan bakar mereka sebanyak mungkin — bukan menghasilkan lebih banyak bahan bakar. Hal itu terutama karena reaktor menghasilkan plutonium, yang mudah diubah menjadi senjata nuklir.
Reaktor breeder tidak lagi disukai di awal sejarah pembangkit listrik tenaga nuklir. Saat ini negara-negara seperti Amerika, Inggris, dan Jerman telah lama meninggalkan program pengembangan breeder mereka.
Tetapi itu tidak terjadi di China. CFR-600 adalah reaktor neutron cepat berpendingin natrium. Reaktor jenis ini tidak menggunakan air sebagai pendingin seperti kebanyakan pembangkit listrik tenaga nuklir di dunia, tetapi menggunakan natrium cair, dengan rentang suhu yang jauh lebih luas dan interaktivitas yang lebih sedikit daripada air. Dan fast neutron memiliki lebih banyak energi alami daripada alternatifnya, neutron termal yang harus ditahan dalam medium dengan suhu terkontrol agar dapat bekerja. Reaktor cepat tidak membutuhkan media.
Di dalam CFR-600 adalah bahan bakar yang disebut campuran oksida (MOX), yang terbuat dari limbah nuklir plutonium dan depleted uranium. Ini adalah langkah berikutnya dalam proses yang dimulai China pada tahun 2003 dengan desain China Experimental Fast Reactor (CEFR). Masing-masing dari dua reaktor CFR-600 akan menghasilkan energi 1.500 Megawatt Thermal (MWt) dan 600 mwe megawatt equivalent (MWe).
Sebenarnya itu bagus. Tetapi ada masalah. Reaktor cepat menggunakan lebih banyak uranium, itulah sebabnya para ilmuwan nuklir menjauhinya beberapa dekade lalu karena mahalnya bahan bakar uranium.
Lalu mengapa, kemudian, China membangunnya? Simak selengkapnya tayangan berikut: