Ketegangan antara China dan sejumlah tetangganya meningkat tajam minggu ini. Selain itu latihan angkatan laut oleh Amerika Serikat dan China telah menumpuk sejumlah kapal perang yang tidak biasa di Laut China Selatan.
Kenaikan tensi dimulai akhir pekan lalu ketika kelompok tempur kapal induk Liaoning China bermanuver melalui Selat Miyako yang strategis, tepat di barat daya Okinawa pada Minggu 4 April 2021. Sejak itu titik ketegangan terpisah terjadi antara China dan Filipina atas sejumlah kapal penangkap ikan yang diidentifikasi sebagai bagian dari Milisi Maritim Angkatan Bersenjata Rakyat China. Hal tersebut menyebabkan serangkaian perdebatan diplomatik yang memanas antara Manila dan Beijing.
Sejumlah analis intelijen sumber terbuka melacak pergerakan kelompok tempur kapal induk Liaoning minggu ini ketika melintasi selat Luzon, badan air yang bersama dengan Saluran Bohai, memisahkan Filipina dan Taiwan. Kawasan yang sangat strategis ini juga merupakan batas utama antara Laut Filipina dan Laut Cina Selatan serta menghubungkan Pasifik yang lebih luas ke bagian utara Laut Cina Selatan.
Karena itu, wilayah ini menjadi perhatian pengawasan yang intens bagi semua pemangku kepentingan di wilayah tersebut. Militer Amerika Serikat sangat memperhatikan perairan ini pada Juli tahun lalu dengan secara teratur menerbangkan pesawat pengumpul intelijen seperti EP-3E Aries II dan RC-135V / W Rivet Joint ke daerah tersebut. Sejak itu penerbangan pengintaian terus berlanjut dan sering kali melonjak pada saat ada aktivitas angkatan laut China yang berat di daerah tersebut.
Manuver kelompok tempur Liaoning di sekitar selat diamati dari dekat oleh Jepang dan Amerika Serikat. Analis mengidentifikasi kapal perusak kelas Alreigh Burke Angkatan Laut Amerika membayangi kelompok saat kapal itu menuju ke barat menuju Laut Cina Selatan. Pada 10 April 2021 analis mendeteksi satu kapal perusak rudal Kelas 055 Renhai dan satu kapal perusak kelas Luyang Type 052D China memisahkan diri dari kelompok itu dan menuju ke utara menuju selat Taiwan:
Bertambahnya jumlah kapal bukan hanya karena latihan angkatan laut China saja. Kelompok tempur USS Theodore Roosevelt Carrier dan kelompok tempur amfibi Makin Island melakukan latihan terkoordinasi di Laut Cina Selatan. Kelompok tempur USS Theodore Roosevelt terdiri dari wing sayap tempur 11, kapal penjelajah kelas Ticonderoga USS Bunker Hill, Skuadron Destroyer 23, dan kapal perusak kelas Arleigh Burke USS Russell. Sedangkan Kelompok USS Makin Island terdiri dari kapal serbu amfibi USS Somerset dan USS San Diego.
Sekelompok kapal terlihat melalui citra satelit di timur Kepulauan Pratas Taiwan. Dalam beberapa tahun terakhir, Pulau Pratas semakin menjadi perhatian. Yoshiyuki Ogasawara, pengamat telah memusatkan perhatian pada Pulau Pratas mengatakan tempat ini disebut sebagai target potensial ambisi geopolitik China saat mendekati peringatan seratus tahun Partai Komunis China pada 23 Juli tahun ini. Dalam tulisannya di The Diplomatik Ogasawara mennilai merebut pulau itu bisa menjadi cara bagi China untuk menunjukkan kemajuan menuju tujuannya guna menyatukan kembali Taiwan tanpa memicu konflik yang lebih luas.
Pulau kecil yang terletak di antara China, Taiwan, dan Filipina ini memiliki pandangan strategis di Laut China Selatan. Ukurannya yang kecil dan geografi yang datar membuatnya sulit untuk dipertahankan. Pulau tidak berpenduduk tetap tersebut telah menyaksikan pembentukan garnisun yang terdiri dari sekitar 500 Marinir Taiwan. Tahun lalu F-16 Taiwan mulai melakukan patroli terbang dengan rudal anti-kapal Harpoon dalam upaya menghalangi minat China untuk merebut pulau itu. P-8 Poseidon Angkatan Laut Amerika telah melakukan hal yang sama. Latihan militer China yang tampaknya difokuskan untuk merebut pulau itu dilaporkan pada Mei tahun lalu.
Daerah tersebut baru-baru ini juga mengalami peningkatan aktivitas drone. Pekan lalu Ketua Dewan Urusan Kelautan Taiwan Lee Chung-wei membahas masalah pesawat tak berawak dan menggambarkan mereka mengitari pulau itu. Dia mengancam akan menembak jatuh. Selain itu, China baru-baru ini berinvestasi besar-besaran di pangkalan pesisir, seperti pangkalan helikopter baru yang sangat besar tepat di seberang selat Taiwan yang terbukti penting untuk serangan besar-besaran terhadap pulau itu.
Sementara itu juga terjadi aliran penerbangan China yang hampir konstan ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan pada minggu itu. Menurut Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan telah terjadi 46 penerbangan terbang melintasi bagian barat daya Selat Taiwan. Penerbangan ini telah menyertakan sebanyak 15 pesawat China pada satu waktu, termasuk 8 pesawat tempur J-10 dan 4 J-16 dalam satu insiden.
China dan Filipina juga tampaknya memperdalam perselisihan mereka atas lebih dari 200 kapal China yang menempati wilayah di Laut Filipina Barat yang dikenal sebagai Whitsun Reef. Pada 5 April 2021 Kedutaan Besar China di Filipina mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa sangat normal bagi kapal penangkap ikan China untuk menangkap ikan di perairan dan berlindung di dekat terumbu selama kondisi laut buruk.
Pada Kamis 8 April 2021, Departemen Luar Negeri Amerika memberikan pernyataan bahwa Menteri Luar Negeri Antoni Blinken telah berbicara dengan mitranya dari Filipina Teodoro Locsin, Jr. tentang penumpukan kapal militer maritim China. Blinken juga menegaskan kembali penerapan Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Filipina tahun 1951 di Laut Cina Selatan.
Juru bicara menteri luar negeri China Zhao Lijian menanggapi dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat harus berhenti memicu pertengkaran dan menabur perselisihan. Yang memperburuk masalah, tim berita dari ABS-CBN Filipina menggambarkan Kapal Penjaga Pantai China mengejar kapal penangkap ikan Filipina pada Jumat 9 April 2021.
Dalam beberapa minggu mendatang, penting untuk melihat apakah pemangku kepentingan regional mampu mengelola ketegangan ini. Negosiasi dan hubungan antar aliansi akan sangat penting untuk menciptakan penyeimbang yang efektif terhadap operasi militer China yang semakin mampu dan tegas di wilayah tersebut.