Site icon

Belarusia Juga Kerahkan Pasukan ke Perbatasan Ukraina

Angkatan Darat Belarusia

Tensi di perbatasan Ukraina semakin tinggi. Setelah Rusia kini Belarusia dilaporkan juga mengerahkan pasukannya di perbatasan dengan Ukraina.

Seorang reporter dari salah satu harian Jerman dengan sirkulasi tertinggi Bild, Julian Ropcke, dalam Twitternya meengunggah sejumlah foto yang menunjukkan sejumlah kendaraan militer Belarusia yang bergerak ke perbatasan negaranya.

Foto-foto itu diambil di 60 km sebelah utara perbatasan Rivne Oblast yang menjadi perbatasan antara Ukraina dan Belarusia. Foto yang dirilis Rabu 31 Maret 2021 menunjukkan sejumlah besar perangkat keras militer Belarusia, termasuk kendaraan lapis baja BTR-80 dan truk militer. Selain itu sejumlah video lain juga diunggah oleh sejumlah pengguna media sosial

Pergerakan militer Belarusia ini mengikuti ketegangan yang terus meningkat ketika Rusia menumpuk pasukannya di perbatasan Timur Ukraina. Panglima militer Ukraina Ruslan Khomchak mengatakan Rusia membangun angkatan bersenjata di dekat perbatasan Ukraina sebagai ancaman terhadap keamanan negara. Khomchak juga menuduh separatis pro-Moskow secara sistematis melanggar gencatan senjata dalam konflik di timur Ukraina yang disepakati pada Juli 2020.

Kremlin tidak menyangkal pergerakan pasukan baru-baru ini tetapi bersikeras bahwa Moskow tidak mengancam siapa pun. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia memindahkan angkatan bersenjatanya ke dalam wilayahnya atas kebijaksanaannya sendiri dan itu tidak menimbulkan ancaman bagi siapa pun.

Mykhalio Samus, wakil direktur Pusat Studi Angkatan Darat, Konversi dan Perlucutan Senjata Ukraina tidak yakin Rusia akan menyerang Donbas. Dia menggambarkan aktivitas militer Rusia yang meningkat baru-baru ini di sepanjang perbatasan Ukraina-Rusia sebagai informasi dan perang psikologis untuk menekan Ukraina, Prancis, Jerman, dan Amerika serta mengekstraksi konsesi komersial, khususnya pipa gas alam Nordstream-2.

Tujuan lain dari aktivitas militer Rusia adalah bermain-main dalam politik menjelang pemilihan parlemen mendatang di Rusia. Moskow, menurutnya. tidak memiliki alasan untuk memulai serangan seperti itu karena kemungkinan hasilnya tidak dapat diprediksi.

Sedangkan Denis Moskalik dari Institut Nasional Ukraina untuk Studi Strategis mengatakan bahwa konflik bersenjata pada prinsipnya mungkin terjadi tetapi tidak dalam waktu dekat. Dia setuju dengan Samus bahwa langkah Rusia saat ini dimaksudkan untuk menekan pemerintah Ukraina dan Amerika dan menguji tekad mereka.

Di sisi lain, Viktor Litovkin, pakar keamanan senior Rusia mengatakan Moskow tidak akan berdiam diri jika Ukraina melancarkan operasi militer ke arah Donbas. Hal ini karena sebagian besar penduduk yang tinggal di Donbas juga merupakan warga negara Rusia. Dengan demikian, Rusia mungkin akan turun tangan untuk melindungi warganya sendiri. Bahkan Rusia dapat menyerang Ukraina.

Sementara itu kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengungkapkan kekhawatiran besar atas pergerakan pasukan Rusia. Dia memastikan Uni Eropa menjanjikan dukungan tak tergoyahkan untuk pemerintah Ukraina. Borrell mengatakan dia akan mengadakan pembicaraan lebih lanjut tentang masalah ini dengan diplomat tignkat tinggi Kiev dan menteri luar negeri dari 27 negara UE pada pertemuan akhir bulan ini.

Laporan penumpukan telah berputar-putar di tengah eskalasi bentrokan bersenjata di sepanjang garis depan antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia.  Konflik yang berlangsung lama telah merenggut lebih dari 13.000 jiwa sejak 2014, menurut PBB. Para pemimpin Barat termasuk Joe Biden mengatakan mereka mendukung Ukraina.

Exit mobile version