Setelah lebih dari tiga dekade bertugas, armada F-16 Angkatan Udara Turki menjadi lebih penting dari sebelumnya. Program perbaikan struktural sedang dilakukan untuk memastikan jet tempur ini dapat tetap beroperasi lebih lama. Fighting Falcon akan mengisi celah yang ditinggalkan oleh pengusiran Turki dari program F-35 Joint Strike Fighter dan menunggu kedatangan jet tempur buatan dalam negeri, TF-X.
Ismail Demir, kepala Industri Pertahanan Turki, juga dikenal dengan akronim Turki SSB, baru-baru ini mengonfirmasi melalui Twitter bahwa perbaikan struktural terus dilakukan untuk beberapa F-16 tertua dalam inventaris Angkatan Udara Turki, yaitu jet Block 30. Pesawat ini mulai dikirim pada tahun 1987. SSB bertanggung jawab untuk mengelola pembuatan senjata negara dan pengadaan militer.
“Dalam proyek tersebut, di mana pekerjaan teknik dilakukan untuk renovasi dan revisi 1.200 menjadi 1.500 bagian struktural per pesawat, perbaikan, dan penggantian serta aplikasi perkuatan badan pesawat dilakukan jika diperlukan,” jelas Demir. “Kami bertujuan untuk meningkatkan umur struktural pesawat F-16 kami, elemen penyerang utama angkatan udara kami, dari 8.000 jam menjadi 12.000 jam.”
Jangka waktu 12.000 jam itu sendiri menarik karena mencerminkan tujuan Program Perpanjangan Umur Layanan yang telah dimulai oleh Angkatan Udara Amerika untuk meningkatkan masa pakai hingga 300 F-16 miliknya sendiri. Inisiatif itu dimaksudkan agar jet tetap terbang hingga hampir tahun 2050.
Turki menjadi negara dengan armada F-16 terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Israel. F-16 Turki telah berulang kali membuktikan kemampuannya dalam operasi tempur dan penggantinya masih jauh. Karena alasan inilah F-16 terus menerima perpanjangan masa pakai ini, yang dilakukan oleh perusahaan domestik Turkish Aerospace, sebelumnya dikenal sebagai Turkish Aerospace Industries (TAI).
Berapa tepatnya jet yang sedang diproses masih belum jelas. Di masa lalu, dilaporkan perpanjangan umur struktural mencakup semua Blok 30 yang masih hidup yakni 35 unit. Di bawah program ini yang dimulai pada 2018 ini, Lockheed Martin memasok kit peningkatan, sementara Turki Aerospace menyelesaikan modifikasi dan melakukan pengujian sebelum mereka kembali ke Angkatan Udara Turki.
Namun, Defense News baru-baru ini melaporkan bahwa program peningkatan kini telah diperpanjang untuk mencakup lebih dari 160 pesawat F-16 Block 30/40/50. Menurut data yang disediakan oleh publikasi Flight International’s World Air Forces 2020, Turki saat ini memiliki 245 F-16 dari semua jenis yang beroperasi. Awalnya negara ini memiliki 270 F-16. Varian terakhir dan paling canggih yang diterima Turki adalah 30 F-16C / D Block 50+ yang ditandatangani pada tahun 2008. Pesawat ini dirakit di Turki dan kompatibel dengan sejumlah senjata buatan dalam negeri termasuk Roketsan Stand-Off Missile (SOM) seberat 1.300 pon.
F-16 Turki telah menyaksikan aksi tempur yang cukup besar selama tiga dekade pelayanan, termasuk pertarungan rutin dengan jet tempur Yunani di atas Laut Aegea. F-16 Turki menyaksikan aksi tempur resmi pertama mereka di Balkan selama Operasi Deny NATO pada 1993 saat jet dikerahkan ke Italia untuk memberlakukan zona larangan terbang. Pengerahan ini diperluas pada 1999 untuk Operasi Aliens ketika pasukan NATO melancarkan perang udara melawan Serbia untuk melindungi penduduk etnis Albania di Kosovo.
F-16 Turki juga telah banyak digunakan untuk serangan udara terhadap kelompok Partai Pekerja Kurdi. Dan juga telah menjatuhkan pesawat tempur Rusia dan Suriah selama kampanye di Suriah. Helikopter Mi-17 Hip Suriah ditembak jatuh pada September 2013, diikuti oleh jet tempur MiG-23 Flogger pada Maret 2014.
Pada November 2015, pesawat serang Su-24M Fencer Angkatan Udara Rusia ditembak jatuh. Pada Maret 2020 lalu F-16 Turki juga menjatuhkan dua Su-24 dan satu L-39 Suriah. Viper juga memainkan peran penting dalam upaya kudeta yang gagal di Turki pada Juli 2016. Karena personel dari pangkalan F-16 di Ankara-Akinci dituduh berkonspirasi melawan rezim Presiden Recep Erdogan. Tiga tiga skuadron di pangkalan itu ditutup dan pesawatnya disebar ke pangkalan lain.
F-16 Turki tampaknya juga berperan dalam perang tahun lalu di Nagorno-Karabakh, di mana Ankara mendukung Azerbaijan dalam konfliknya dengan Armenia. Citra satelit mengkonfirmasi setidaknya dua F-16 ada di Azerbaijan pada 3 Oktober, setelah pertempuran pecah di wilayah tersebut. Namun, Azerbaijan dan Turki menolak klaim Armenia bahwa salah satu pesawat serang darat Su-25 Frogfoot ditembak jatuh oleh F-16 Turki pada 29 September 2020.