F-15 dan Rafale menjadi dua jet tempur yang banyak dibicarakan di Indonesia akhir-akhir ini. Prancis mengkonfirmasi Indonesia ingin membeli Rafale sementara Amerika disebut telah mengizinkan negara ini membeli F-15.
Sementara di belahan dunia lain, dua jet tempur ini justru berpotensi untuk bertarung di udara. Mereka adalah Rafale Mesir dan F-15 Israel.
Akuisisi Mesir pada Dassault Rafale, di bawah kontrak yang ditandatangani dengan Prancis pada Februari 2015 mewakili pembelian besar pertama jet tempur non-Amerika di negara Afrika itu dalam beberapa dekade.
Media Mesir secara luas memuji pesawat itu sebagai salah satu yang akan menjamin keunggulan kualitatif atas musuh potensial untuk tahun-tahun mendatang.
Angkatan Udara Mesir tidak memiliki akses ke pesawat tempur kelas berat dan dengan sebagian besar armadanya terdiri dari jet bermesin tunggal berbiaya rendah dan ringan seperti F-16 dan MiG-21. Pesanan untuk Rafale ditempatkan pada pertengahan 2010-an dan kemudian memesan jet bermesin ganda MiG-29M dari Rusia.
Mesir telah lama menghadapi kekalahan kualitatif yang cukup besar dibandingkan dengan tetangganya. MiG-25 Libya, Su-24M dan MiG-29 Sudan, dan jet tempur kelas berat F-15 Eagle Israel semuanya menikmati keunggulan besar dibandingkan jet tempur di Mesir.
Hal ini diperparah oleh kurangnya rudal udara ke udara modern Angkatan Udara Mesir untuk pesawat tempur F-16 Amerika, yang ditolak karena alasan politik. Ini berarti tidak ada yang bisa menandingi keunggulan rudal R-77 Sudan, AIM-120C Israel atau R-40 Libya yang dalam pertempuran akan mampu menetralkan jet Mesir jauh sebelum mereka bisa merespon.
Lantas bagaimana jika F-15C Israel bertarung dengan Rafale Mesir? Mari simak video berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=SWkOUFa7vpg