Rencana Jepang untuk memiliki armada 20 jet tempur F-15JSI yang mampu menembakkan rudal jelajah jarak jauh guna mempertahankan rantai pulau Nansei yang membentang di barat daya Prefektur Okinawa terancam gagal karena masalah anggaran.
Angkatan Udara Bela Diri Jepang awalnya menargetkan 20 jet tempur F-15 dengan kemampuan ini akan dikerjakan selama periode lima tahun dari tahun fiskal 2019 hingga tahun fiskal 2023.
Sumber Kementerian Pertahanan mengakui bahwa hanya ada dana US$ 103 juta yang disisihkan dalam anggaran fiskal 2019 untuk retrofit pesawat. Itu berarti hanya cukup untuk dua pesawat. Bahkan tidak ada uang yang disisihkan untuk retrofit dalam anggaran fiskal 2020, dan kementerian tidak mencari dana seperti itu dalam anggaran fiskal 2021.
Biaya telah meroket untuk program ini dalam fase persiapan. Berbagai biaya harus dibayar untuk desain dan pengujian, pembangunan fasilitas, dan pembelian peralatan untuk melakukan produksi sebelum perusahaan dapat memulai pembuatan peralatan yang ditugaskan oleh Kementerian Pertahanan.
Bahkan pejabat pertahanan mengatakan mereka masih belum tahu berapa total biaya yang akan dikeluarkan sampai tahap akhir.
Dan karena penundaan retrofit tersebut, pejabat Kementerian Pertahanan juga tidak dapat mengajukan permintaan anggaran untuk Joint Air-to-Surface Standoff Missile – Extended Range atau JASSM-ER yang akan dibawa oleh jet tempur F-15JSI.
Biasanya dibutuhkan waktu sekitar dua tahun dari penandatanganan kontrak untuk rudal jelajah hingga pengiriman. Jepang mulai menjajaki kemungkinan memodifikasi pesawat tempur superioritas udara semua cuaca F-15J untuk memberinya kemampuan serangan darat dengan rudal jelajah JASSM-ER pada tahun 2018.
Berkat kemampuan standoff JASSM-ER, Jepang akan dapat menyerang Korea Utara dari wilayah udara di atas Laut Jepang tanpa mendekati negara itu langsung.
Menggunakan mesin yang lebih efisien dan volume bahan bakar yang lebih besar dalam badan pesawat dengan dimensi eksternal yang sama dengan JASSM, JASSM-ER memiliki jangkauan lebih dari 925 km. Sementara dengan jangkauan JASSM sekitar 370 km.
Boeing telah bermitra dengan MHI di bidang pertahanan sejak 1950-an. MHI memproduksi di bawah lisensi armada F-15J Jepang. Lebih dari 200 pesawat dibangun antara tahun 1980 dan 2000.