Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengumumkan larangan mutlak atas impor 101 peralatan pertahanan termasuk suku cadang sederhana dan sistem senjata berteknologi tinggi seperti senjata artileri, senapan serbu, korvet, sistem sonar, pesawat angkut, helikopter tempur ringan, dan radar.
Dengan embargo terbaru, kontrak senilai hampir US$53,3 miliar atau sekitar Rp786 triliun akan dialihkan ke produksi dalam negeri dalam lima hingga tujuh tahun ke depan.
Angkatan darat dan angkatan udara kemungkinan akan mendapatkan barang-barang senilai US$ 17,34 miliar dan angkatan laut seharga hampir US$18,6 miliar dalam empat tahun ke depan.
Kementerian Pertahanan juga telah membagi dua anggaran pengadaan modal untuk tahun 2020-2021 antara pengadaan modal dalam negeri dan luar negeri. Kepala anggaran terpisah telah dibuat dengan pengeluaran hampir US$ 6,9 miliar (520 miliar INR) untuk pengadaan modal dalam negeri pada tahun keuangan saat ini.
Rusia akan menjadi negara yang paling terdampak dari keputusan India tersebut. Data yang dikumpulkan oleh Stimson Center Rusia adalah pemasok pertahanan utama India dengan ekspor senilai $ 9,3 miliar ke India sejak 2014. Amerika berada di urutan kedua, setelah menjual perlengkapan pertahanan senilai US$ 2,3 miliar ke India pada periode yang sama.
Sameer Lalwani, peneliti di Stimson Center, menunjukkan 86% dari peralatan, senjata, dan platform yang saat ini digunakan dalam dinas militer di India berasal dari Rusia. Angkanya menjadi 90% jika sekitar 10.000 perangkat keras militer juga dipertimbangkan.