Site icon

Dua Kapal Induk Amerika Kembali Pamer Otot di Laut China Selatan

Kapal Induk Amerika/US Navy

Amerika kembali unjuk otot militernya secara besar-besaran di Laut China Selatan.  Kelompok tempur kapal induk USS Ronald Reagan dan USS Nimitz memulai latihan angkatan laut di perairan Laut Cina Selatan. Ini adalah  untuk kedua kalinya dalam dua minggu latihan semacam ini digelar.

Kelompok tempur, yang diawaki oleh lebih dari 12.000 personel dan dilengkapi dengan lebih dari 120 pesawat di dua kapal induk serta setengah lusin kapal penjelajah dan pengawal destroyer melakukan latihan untuk menjaga kesiapan dan kemahiran berperang.

“Kelompok tempur dua kapal induk berlatih ke tingkat kesiapan tertinggi untuk memastikan daya tanggap terhadap segala kemungkinan melalui proyeksi daya,” kata Armada Pasifik Amerika dalam sebuah pernyataan 17 Juli 2020

Amerika jarang menyebarkan kelompok tempur kapal induk secara bersama -sama seperti ini. Latihan yang digelar bulan ini menjadi yang pertama dari penyebaran dua kapal induk secara bersamaan di suatu tempat sejak 2014 dan hanya yang ketiga sejak 2001.

Beijing pekan lalu mengecam apa yang dikatakannya sebagai upaya Washington untuk melakukan militerisasi Laut China Selatan dan menuduh Amerika berusaha merusak perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.

Pada pertengahan Juni, ketika Amerika bergerak untuk menempatkan kapal induknya di tempatnya, surat kabar Global Times China memperingatkan bahwa Tentara Pembebasan Rakyat China tidak diragukan lagi akan mengerahkan penanggulangan dengan menyebut sejumlah rudal yang mampu menyerang kapal induk Amerika

Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengumumkan bahwa Amerika secara resmi menolak sebagian besar klaim teritorial China di Laut China Selatan, menuduh Beijing menggertak tetangga-tetangganya. Dia menekankan bahwa “dunia tidak akan membiarkan Beijing memperlakukan Laut Cina Selatan sebagai kerajaan maritimnya ”.

Kedutaan Besar China di AS menolak klaim Pompeo sebagai “sama sekali tidak dapat dibenarkan” dan menuduh Amerika berusaha “menabur perselisihan antara China dan negara-negara pesisir lainnya”.

Sengketa teritorial di Laut China Selatan berawal dari periode pasca-Perang Dunia II ketika China mengklaim sebagian besar zona laut strategis dan Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Taiwan membuat klaim sendiri.

Pada tahun 2002, China dan kelompok negara-negara ASEAN sepakat tentang perlunya kode etik di Laut China Selatan, dengan pembicaraan mengenai masalah ini berlanjut selama hampir dua dekade hingga sekarang.

Pada 2010, Menteri Luar Negeri Amerika saat itu Hillary Clinton menunjuk Laut China Selatan sebagai masalah kepentingan nasional Amerika. Meski tidak memiliki klaim teritorial atas laut, Amerika telah menggunakan Angkatan Lautnya berulang kali untuk menentang klaim Beijing dengan melakukan misi ‘kebebasan navigasi’ di wilayah tersebut.

Exit mobile version