Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan dirinya telah membahas konflik di Libya dengan Presiden Amerika Donald Trump dan kedua pemimpin bersepakat atas sejumlah isu terkait hal tersebut.
Erdogan mengatakan pembicaraan dilakukan melalui telepon pada 8 Juni 2020. Dia mengatakan pembicaraan telepon ini mungkin akan menjadi era baru terkait hubungan kedua negara yang akhir-akhir ini banyak terganggu.
Sementara sebuah pernyataan dari Gedung Putih menyebutkan Trump dan Erdogan membahas perang di Libya, juga Suriah dan wilayah Mediterania bagian timur, namun tidak memberikan detail lebih lanjut.
Turki mendukung pemerintahan GNA Libya di bawah Perdana Menteri Fayez al-Sarraj yang diakui secara internasional. Sementara itu, Mesir telah menyerukan gencatan senjata yang dimulai pada hari yang sama, sebagai bagian dari inisiatif untuk mengajukan usulan soal dewan pimpinan Libya melalui pemilihan. Rusia dan UAE juga mendukung usulan tersebut.
Namun Erdogan menyebut GNA akan tetap berjuang untuk dapat menguasai wilayah kota pesisir Sirte dan pangkalan udara Jufra, yang merupakan kawasan strategis di negara pengekspor minyak tersebut.
Erdogan sebagaimana dilaporkan Reuters 7 Juni 2020 mengatakan bahwa ia juga akan membahas keikutsertaan Rusia dalam konflik di Libya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, termasuk perihal pengiriman pasokan pesawat dan rudal Pantsir-S1 dari pertahanan udara Rusia kepada pasukan Haftar.