Komando Operasi Khusus Angkatan Udara Amerika berencana untuk menguji menembakkan laser 60 kilowatt dari pesawat AC-130J Ghostrider pada tahun 2022.
“Jika berhasil – dan kami berencana untuk berhasil – maka itu akan memenuhi persyaratan baru kami dan berpotensi membawa program baru di jalan,” kata Kolonel Melissa Johnson, pejabat eksekutif program sayap tetap sebagaimana dikutip Sputnik dari National Interest 19 Mei 2020
“Jika ini berjalan melewati fase demo kami akan memiliki program [R&D, pengujian dan evaluasi] tambahan yang akan datang,” tambahnya.
Menurutnya sistem laser yang akan dibawa AC-130J telah melewati pengujian berbasis darat di Naval Surface Warfare Center di Dahlgren, Virginia.
Sekarang, kata Johnson, setelah bertahun-tahun, Pentagon menerima dana tambahan untuk mengembangkan teknologi meriam laser hingga Angkatan Udara akhirnya memiliki cukup uang untuk melanjutkan pengembangan.
Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk memperkenalkan senjata energi terarah di atas AC-130J pada tahun 2015, dan berharap untuk melakukan demonstrasi sistem sekitar tahun ini. Rencana itu menghadapi kemunduran di tengah kurangnya dana.
Meriam laser berbasis Ghostrider, disebut-sebut sebagai senjata kurang mematikan yang dapat melumpuhkan tetapi tidak membunuh musuh.
Amerika bukan satu-satunya negara yang menggunakan teknologi laser dalam aplikasi pertahanan. Rusia memperkenalkan sistem pertahanan berbasis darat Peresvet untuk membantu pertahanan udara dan rudal pada tahun 2018.
China juga membuat kemajuan dalam senjata laser, dan seperti Washington, mereka bekerja pada senjata laser ofensif udara.
Senjata laser menggunakan semburan cahaya terkonsentrasi untuk memanaskan target musuh. Jika cukup kuat, sebuah laser dapat memotong orang atau membakar armor tebal.
Tetapi senjata semacam ini membutuhkan daya yang sangat besar. Menurut Popular Mechanics, dengan daya 60 kW yang digunakan di AC-130J cukup untuk merusak parabola, membakar kap mobil, atau menusuk lambung kapal kecil.
