Site icon

Kembali ke Laut China Selatan, Beijing Temukan Hal Yang Berbeda

Kapal Angkatan Laut China

China mulai melanjutkan operasi di Laut China Selatan setelah sempat jeda karena wabah corona. Kali ini mereka menemui hal yang berbeda dari biasanya

Angkatan Laut China melakukan latihan militer yang menampilkan kapal permukaan, kapal selam, dan jet tempur di daerah yang disengketakan tersebut pada akhir Maret. Pasukan China menembakkan sejumlah senjata termasuk amunisi anti-pesawat, anti-kapal, dan anti-kapal selam serta mempraktikkan pengisian ulang di laut.

Militer China mengatakan selama operasi tersebut tidak ada kapal perusak dan kapal induk Amerika yang sebelumnya kerap mendekati pulau-pulau yang menampung instalasi militer China. Wilayah tersebut sedang kosong dari kekuatan Angkatan Laut Amerika.

Saat ini, perairan di Laut China Selatan bebas dari kehadiran Amerika karena negara itu masih berjuang untuk menahan pandemi coronavirus yang telah mempengaruhi beberapa kapal militer Amerika.

USS Theodore Roosevelt, salah satu kapal induk Amerika yang terakhir mengunjungi Laut China Selatan, melaporkan lebih dari 170 kasus infeksi COVID-19 dengan kaptennya, Brett Crozier, mengirimkan surat kepada komandonya dengan segera meminta bantuan untuk memerangi wabah tersebut. Namun surat ini menyebabkan dia dipecat karena bocor ke publik.

Kapal Induk USS Theodore Roosevelt

Kapal Amerika lain yang terlibat dalam operasi di Pasifik, USS Ronald Reagan, telah ditempatkan di dermaga Jepang untuk menjalani perawatan dengan krunya juga melaporkan beberapa kasus COVID-19, sementara jumlah pastinya masih belum jelas.

Namun menurut Dr Jay Batongbacal, Direktur University of the Philippines Institute for Maritime Affairs and Law of the Sea menilai masalah dari beberapa aset Angkatan Laut Amerika kemungkinan tidak mempengaruhi operasi militer Amerika di wilayah ini.

Dia menunjukkan bahwa Angkatan Laut Amerika memiliki aset lain yang tersedia di kawasan Pasifik, seperti kapal perusaknya, untuk melanjutkan operasi kebebasan navigasi di perairan yang disengketakan tersebut. Pakar itu mencatat, bagaimanapun, bahwa ada implikasi “politis” dari wabah pada USS Theodore Roosevelt.

“Dampak dari infeksi dan penanganannya berbicara baik tentang kemampuan aktual Angkatan Laut Amerika untuk menangani pandemi di kapal-kapalnya sendiri, yang pada gilirannya mencerminkan upaya pemerintah Amerika yang dianggap kontroversial dan diperdebatkan dalam peananganan virus tersebut di dalam negeri,” kata Batongbacal dilaporkan Sputnik 7 April 2020.

Tong Zhao, seorang peneliti Carnegie-Tsinghua Centre for Global Policy di Beijing, memperkirakan Angkatan Laut Amerika akan mengevaluasi kembali perlunya menjalankan operasi di Laut China Selatan selama pandemi, dengan mempertimbangkan manfaat dan efektivitasnya.

“Beberapa [ahli AS] berpendapat sulit untuk membuktikan apakah operasi seperti itu memang menghalangi atau mencegah provokasi militer China. Mereka percaya mungkin ada kebutuhan bagi militer Amerika untuk fokus pada penanggulangan pandemi dan melindungi para pelautnya untuk saat ini dan di pada saat yang sama memikirkan tentang strategi jangka panjang untuk secara lebih efektif mendorong kembali operasi militer China di wilayah itu,” kata Tong Zhao

Exit mobile version