Insinyur China telah memodifikasi jet tempur lama untuk membuat pesawat tempur latih bagi pilot yang akan bertugas di kapal induk terbaru negara itu yakni Tipe 002 yang saat ini dalam pengembangan.
Pesawat tersebut diadaptasi dari JL-9 yang juga dikenal sebagai FTC-2000 Mountain Eagle atau Shanying. Pesawat diproduksi oleh Guizhou Aircraft Industry Corporation (GAIC) khusus untuk digunakan pada Tipe 002, yang akan memiliki sistem peluncuran ketapel.
Pakar angkatan laut yang berbasis di Beijing Li Jie mengatakan meskipun dia tidak yakin kapal induk baru tersebut bisa segera siap untuk dibawa ke laut, namun akan memakan waktu setidaknya dua hingga tiga tahun untuk melatih pilot pesawat tempur yang akan beroperasi di atasnya.
GAIC, yang merupakan anak perusahaan dari Aviation Industry Corporation of China (AVIC), mengatakan bulan lalu bahwa laut JL-9 versi angkatan telah selesai, dan menerbitkan desain art tentang bagaimana jet dan kapal induk akan terlihat bersama.
Tidak seperti dua kapal induk aktif China – Liaoning dan Shandong – yang menggunakan sistem peluncuran ski jump untuk jet J-15 yang mereka bawa, Tipe 002 akan dilengkapi dengan sistem peluncuran ketapel elektromagnetik yang serupa dengan yang digunakan pada USS Gerald Ford Angkatan Laut Amerika.
Konstruksi Tipe 002 dimulai pada tahun 2018 dan diharapkan akan selesai tahun depan namun belum diketahui kapan akan siap untuk melaut.
China mengatakan sebelumnya pihaknya berencana untuk memiliki setidaknya empat kelompok tempur kapal induk pada tahun 2030, yang akan membutuhkan 200 pesawat – termasuk jet tempur, helikopter dan berbagai macam pesawat pengintai serta sekitar 500 pilot.
Belajar bagaimana lepas landas dan mendarat di dek penerbangan yang panjangnya kurang dari 300 meter membutuhkan waktu. China selama ini masih kekurangan pesawat pelatihan yang cocok berarti harus bergantung pada simulator.
Komentator militer yang bermarkas di Beijing, Zhou Chenming mengatakan JL-9 yang dimodifikasi juga jauh lebih murah daripada J-15,
“Pengiriman JL-9 versi laut akan menghemat banyak uang bagi angkatan laut,” katanya sebagaimana dilaporkan South China Morning Post Minggu 5 April 2020.
Dia menambahkan bahwa J-15 bermesin ganda setidaknya seharga US $ 61 juta, sementara mesin tunggal seperti JL-9 hanya serharga sekitar US$ 10 juta.
“J-15 mahal karena merupakan jet tempur serangan dan harus dilengkapi dengan perangkat dan senjata canggih, tetapi sebuah pelatih tidak perlu membawa begitu banyak barang.”
GAIC juga telah mengembangkan versi ekspor pelatih JL-9, yang dapat digunakan sebagai pesawat tempur ringan, yang mungkin menemukan pasar di negara-negara berkembang, kata Zhou.
Sementara itu, pakar militer yang bermarkas di Macau Antony Wong Dong mengatakan bahwa pesawat latih angkatan indu lainnya yang berbasis pada JL-10 yang sudah beroperasi dengan Angkatan Udara China juga sedang dikembangkan oleh Hongdu Aircraft Industry Group, anak perusahaan lain dari AVIC. “Versi JL-10 angkatan udara didasarkan pada Yakovlev Rusia Yak-130,” katanya.