Lockheed Martin dianugerahi kontrak oleh Pentagon senilai US$ 932 juta atau sekitar Rp15 triliun (dengan kurs Rp16.314) untuk menyediakan rudal pencegat THAAD, beberapa di antaranya dijadwalkan akan dikirim ke Kerajaan Arab Saudi.
Pentagon, sebagaimana dilaporkan Reuters 27 Maret 2020 menyebutkan kontrak baru itu merupakan modifikasi dari perjanjian yang sebelumnya diberikan untuk menghasilkan pencegat Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) untuk Arab Saudi.
Pejabat Saudi dan Amerika menandatangani letters of offer and acceptance yang meresmikan persyaratan untuk pembelian 44 peluncur THAAD, rudal dan peralatan terkait di Arab Saudi pada November 2018.
Lockheed Martin, pembuat senjata terbesar Amerika, membangun dan mengintegrasikan sistem THAAD, yang dirancang untuk menembak jatuh rudal balistik jarak pendek, menengah dan jauh. Raytheon, perusahaan Amerika lainnya, membangun radar canggihnya.
THAAD merupakan salah satu sistem rudal pertahanan paling canggih di dunia saat ini. Sistem pertahanan rudal yang unik dengan presisi yang diklaim tak tertandingi, mampu melawan ancaman di seluruh dunia dengan mobilitas dan penempatan baterai unit strategis.
Interceptor THAAD tidak membawa hulu ledak dan menggunakan energi kinetik murni untuk membunuh rudal balistik baik di dalam maupun di luar atmosfer.
Setiap peluncur membawa hingga delapan rudal dan dapat menyerang beberapa target sekaligus. Peluncur rudal yang dibangun Lockheed Martin adalah salah satu elemen dari empat bagian sistem anti-rudal. Grafik di bawah ini menunjukkan sisa komponen yang dibutuhkan untuk setiap intersepsi musuh.
Radar Raytheon AN / TPY-2 digunakan untuk mendeteksi, melacak dan mengidentifikasi rudal balistik di fase penerbangan. Radar mobile seukuran bus ini begitu kuat sehingga dapat memindai area ukuran seluruh negara.
Setelah ancaman musuh diidentifikasi, Fire Control and Communications (TFCC) segera menembakkan rudal untuk memburu, mencegat dan menghancurkannya. Ketika terbang interceptor akan melacak target dan melenyapkannya.