Iran menegaskan akan terus menuntut dendam atas pembunuhan Mayor Jenderal Soleimani, yang tewas karena serangan drone Amerika Serikat pada 3 Januari 2020 lalu. Presiden Hassan Rouhani mengeluarkan peringatan tersebut satu hari setelah pangkalan koalisi yang memegang pasukan NATO diserang roket.
“Orang Amerika membunuh komandan besar kita. Kami telah menanggapi tindakan teroris itu dan akan terus menanggapinya, ”kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan Rabu 18 Maret 2020.
Rouhani juga berkomentar tentang situasi ekonomi di negara itu di tengah sanksi keras Amerika terhadap bangsanya dengan menekankan bahwa musuh-musuh Iran belum dapat menaklukkan Iran melalui tekanan ekonomi.
Rouhani tidak mengklarifikasi apa yang ada dalam pikirannya mengenai “respons” Iran terhadap pembunuhan Soleimani.
Pada hari Selasa, pangkalan militer Besmaya di luar Baghdad, Irak yang menampung pasukan asing diserang roket. Instalasi itu dikatakan sebagai tempat pasukan Spanyol.
Sebelumnya, rentetan sedikitnya 33 roket ditembakkan di Camp Taji, pangkalan lain di luar ibukota Irak yang menjadi tempat koalisi. Tidak ada korban dari Amerika atau koalisi yang dilaporkan dalam serangan tersebut.
Pasukan Amerika dan sekutu mereka yang ditempatkan di Irak menghadapi serangan roket sporadis di pangkalan mereka, dan kompleks kedutaan Baghdad Green Zone selama lebih dari dua bulan sejak pembunuhan Soleimani di bandara Baghdad oleh serangan pesawat tanpa awak Amerika.
Pada 11 Maret, sebuah serangan roket terhadap Camp Taji menewaskan dua prajurit Amerika dan satu personel Inggris.
Kamis lalu, pesawat tempur Amerika menyerang lima fasilitas penyimpanan senjata milik Kataib Hezbollah, sebuah kelompok milisi Syiah Iran dan sekutu pemerintah Irak. Amerika menuduh kelompok itu menyerang pasukan mereka di Irak utara akhir tahun lalu, dan untuk serangan mematikan 11 Maret.
Iran meluncurkan lusinan rudal di dua pangkalan Amerika di Baghdad pada 8 Januari, dengan lebih dari 100 tentara Amerika mengalami cedera otak akibat serangan itu.